Monday 8 May 2023

Soal KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN ABAD 21

 1.  Pernyataan  berikut  yang  merupakan  fenomena  pembelajaran  abad  21  yang 

menyebabkan era disrupsi pendidikan adalah…..

1.  Semakin meningkatnya kemampuan TIK peserta didik 

2.  Peningkatan jumlah kepemilikan perangkat TIK

3.  Berkembangnya massive online open course

4.  Banyaknya media pembelajaran berkualitas

5.  Standar kompetensi guru yang meningkat

2.  Guru dalam memfasilitasi pembelajaran abad 21 sebaiknya….

a.  Mengutamakan agar peserta didik menguasai materi 

b.  Memfokuskan diri kepada penguasaan materi pembelajaran

c.  Memfokuskan diri kepada penguasaan aplikasi komputer kontemporer

d.  Menekankan kepada pengembangan keterampilan belajar

e.  Menjadi pengendali utama terhadap materi pembelajaran 

3.  Generasi  z  memiliki  rentang  perhatian  yang  pendek.  Manakah  pernyataan 

berikut  mencerminkan  strategi  paling  tepat  untuk  melayani  generasi  z

adalah….

a.  Mengurangi jam pelajaran dan tatap muka 

34

b.  Menambah materi pembelajaran berupa bacaan

c.  Mengemas materi ke dalam topik-topik kecil

d.  Mengganti buku cetak dengan buku elektronik 

e.  Meminta peserta didik untuk tetap fokus kepada guru

4.  Berikut  ini  merupakan  ciri  generasi  z  yang  berkaitan  dengan  preferensi 

belajarnya adalah…..

1.  Menyukai komunikasi berbasis visual 

2.  Menyukai musik dan mendengarkan radio

3.  Bersifat terbuka terhadap rekam jejak digitalnya

4.  Suka membaca teks dari buku elektronik

5.  Tidak suka berkolaborasi dan cenderung menyendiri

5.  Guru  perlu  memastikan  desain  pembelajaran  yang  dimediasi  teknologi 

merupakan keputusan pedagogis. Alasan paling masuk akal terkait pernyataan 

di atas adalah…

1.  Teknologi telah menggantikan peran guru di semua aspek pembelajaran

2.  Guru sepenuhnya terbantu oleh peran teknologi abad 21 yang canggih

3.  Pembelajaran abad 21 memerlukan penerapan prinsip-prinsip pembelajaran

4.  Pembelajaran  yang  dimediasi  teknologi  harus  dilengkapi  kelas 

konvensional

5.  Peserta didik dapat belajar mandiri meskipun tanpa kehadiran seorang guru 

6.  Guru  perlu  bersikap  luwes  dalam  merancang  pembelajaran  abad  21. 

Pernyataan  ini mengandung pengertian….

1.  Tidak perlu membuat rancangan pembelajaran yang operasional

2.  Rancangan pembelajaran selalu mengintegrasikan teknologi 

3.  Pelaksanaan pembelajaran tidak perlu berurutan sesuai rancangan

4.  Teknologi perlu disesuaikan dengan kebutuhan guru 

5.  Rancangan membuka peluang perubahan strategi dan materi

35

7.  Pembelajaran abad 21 menekankan kepada hal-hal berikut ini, kecuali….

1.  Penyelesaian masalah, berpikir tingkat tinggi, dan kolaborasi

2.  Keterampilan komunikasi, keterampilan belajar, dan metakognisi

3.  Pengembangan keterampilan belajar  mandiri, tanggungjawab, dan  mencipta

4.  Penguasaan  aplikasi  komputer,  penuntasan  materi,  dan  pemahaman 

teknologi

5.  Mengembangkan kreatifitas, daya inovasi, dan  keterampilan kognisi

8.  Model  pembelajaran  abad  21  yang  menekankan  dihasilkannya  produk  dan 

menekankan  otonomi  belajar  sejak  mulai  merancang,  melaksanakan,  dan 

mengevaluasi hasil belajarnya adalah…..

1.  Bermain peran dan simulasi

2.  Pembelajaran berbasis proyek

3.  Pembelajaran kontekstual 

4.  Pembelajaran kooperatif

5.  Pembelajaran diskusi online

9.  Rendahnya  partisipasi  peserta  didik  di  kelas  mendorong  seorang  guru 

menyediakan  google  drive  agar  karya  peserta didik  dapat tersimpan  dengan 

baik sehingga memudahkan teman lainnya dalam memberikan sumbang saran 

terkait  karya  temannya.  Hal ini merupakan pengintegrasikan teknologi pada 

domain…..

a.  Penilaian terhadap peserta didik

b.  Pemahaman terhadap peserta didik

c.  Strategi pembelajaran

d.  Pemahaman materi pembelajaran

e.  Pengelolaan pembelajaran 

10.  Seorang guru menggunakan animasi video untuk menjelasksan materi prinsip 

kerja  hukum  Newton.  Tindakan  guru  merupakan  penerapan  TPACK  dalam 

domain…..

a.  Rancangan kurikulum 

36

b.  Pengelolaan pembelajaran

c.  Upaya memahami peserta didik

d.  Memahami materi pembelajaran

e.  Merepresentasikan data 

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN ABAD 21

 a.  Karakteristik pembelajaran abad 21 

1)  Fenomena perubahan pembelajaran abad 21

Saudara mahasiswa, tentu Anda sudah pernah duduk di bangku TK, SD, SMP 

maupun SMA. Apakah Saudara masih ingat ruang-ruang kelas konvensional berisi 

meja atau bangku, kursi, dan papan tulis  yang  terpampang  di depan kelas dengan 

sekotak kapur dan sebuah penghapus. Perkembangan berikutnya hadir ruang kelas 

mungkin menggunakan whiteboard  dan spidol  untuk menggantikan papan tulis  dan 

INTI

7

kapur.  Saat  ini,  terdapat  pula  kelas  yang  sudah  menggunakan  proyektor  LCD

didukung  laptop  atau  komputer  yang  terhubung  dengan  jaringan  internet,  atau 

ruang-ruang  kelas  multimedia  dilengkapi  papan  tulis  elektrik,  komputer  tablet, 

iPAD, PDA, smartphone, dan perangkat canggih lainnya yang dilengkapi jaringan 

internet berkecepatan tinggi.  Namun, masih ada pula kelas-kelas di daerah terpencil 

yang memiliki papan tulis berlubang atau bahkan tidak memiliki ruang kelas yang 

layak. Itulah realitas yang ada, namun kita harus bergerak maju bersama. Mungkin 

kelas Anda terpencil, namun jaringan internet sebentar lagi akan mencakup seluruh 

wilayah  Indonesia  dengan  program  Palapa  Ring.  Guru  dan  peserta  didik  dapat 

memanfaatkan jaringan  internet  untuk mengakses  “big data”  dimana setiap detik 

mengalir data dalam jumlah besar. Big data merupakan kumpulan data dalam skala 

besar dan kompleks yang dapat menjadi sumber belajar potensial. Lalu, apakah big 

data itu? Silahkan membuka link di http://bit.ly/36Ux5F6. 

Pakar memperkirakan setiap hari dihasilkan 2.5 triliun  byte  data,  facebook

menayangkan 300 juta foto perhari, dan  google  memproses 3–5 juta permintaan 

perhari  dan  semua  akan  terus  meningkat.  Data  tersedia  melimpah  sehingga 

tantangan  dunia  pendidikan  perlu  mempelajari  cara  memperoleh,  menyimpan, 

menganalisis, melacak,  mencari,  men-share,  memindahkan,  memvisualisasi, 

mengaktualisasi, melakukan quering (menambah, menghapus dan mengubah data), 

dan  mengelola  sumber  data  untuk  kepentingan  proses  pembelajaran.  Big  data

memang bercirikan dalam jumlah besar, sangat bervariasi, dan memiliki kecepatan 

berpindah yang sangat tinggi. Contoh aplikasi big data adalah massive open online 

course  (MOOC)  yaitu  suatu  sistem  pembelajaran  yang  diselenggarakan  secara 

online, ditawarkan secara besar-besaran dan terbuka. Hal ini memungkinkan orang 

dapat  belajar  tanpa  batas  melalui  akses  web.  Kehadiran  big  data  dapat 

dimanfaatkan  sebagai  sumber  belajar  sehingga  guru  tidak  lagi  merupakan  satusatunya  sumber,  karena  peserta  didik  generasi  sekarang  sangat  lincah  dalam 

mencari  dan  menemukan  sumber  informasi.  Coba  Saudara  amati  cara  dan  gaya 

belajar  peserta  didik  di  abad  21,  sangat  terampil  menggunakan  perangkat 

smartphone  dan  sejenisnya.  Lalu  cobalah  untuk  bersikap  jujur.  Kejujuran  yang 

bagaimana?  Diakui  atau  tidak  peserta  didik  abad  21  seringkali  memperoleh 

8

informasi lebih aktual daripada materi yang disampaikan oleh guru.  Informasi dan 

pengetahuan  yang  hadir  dalam  format  digital  baik  terstruktur  maupun  tidak 

terstruktur  telah  menjadi bagian dari  big data  yang mudah diakses.  Bahkan, para 

pakar  sedang  bekerja  keras  untuk  membangun  manajemen  data  dengan 

mengumpulkan,  mengolah,  dan  menyimpan  informasi  agar  lebih  mudah  diakses 

meskipun jumlahnya sangat besar. Hal ini dikarenakan informasi dan pengetahuan 

yang terkumpul  dalam  big data  lebih terstruktur dengan baik.  Big data  semakin 

mudah  diakses  seiring  meningkatnya  kemampuan  dan  jumlah  kepemilikan 

perangkat  pribadi  seperti  handphone,  tablet,  laptop,  PDA,  maupun  perangkat 

bergerak  lainnya.  Peserta  didik  bisa  belajar  dimanapun  dan  kapanpun  dengan 

beragam  pilihan  materi  pembelajaran.  Ilmu  pengetahuan  mungkin  tidak  lagi 

tersekat  dalam  batasan  ruang,  waktu,  dan  paket-paket  pengetahuan  yang  harus 

diselesaikan  dalam  istilah  semester  ataupun  tahun  ajaran.  Perubahan  mendasar 

sedang  terjadi  dalam  dunia  pendidikan  yang  popular  dengan  istilah  “fenomena 

disrupsi”  dengan tanda-tanda  sebagai berikut;  (1)  belajar tidak lagi terbatas pada 

paket-paket  pengetahuan  terstruktur  namun  belajar  tanpa  batas    sesuai  minat 

(continuum  learning),  (2)  pola  belajar  menjadi  lebih  informal,  (3)  keterampilan 

belajar mandiri (self motivated learning) semakin berperan penting, dan (4) banyak 

cara  untuk  belajar  dan  banyak  sumber  yang  bisa  diakses  seiring  pertumbuhan 

MOOC secara besar-besaran. Nah, bagaimana Saudara mensikapi hal ini?

Proses pembelajaran yang hanya mengandalkan buku paket dan guru sebagai

satu-satunya  sumber  utama  menjadi  sulit  untuk  terjadi  pembelajaran  mutakhir 

mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Pemanfaatan big data sebagai sumber 

belajar  menjadi  keniscayaan  pembelajaran  abad  21.  Berfokus  kepada  materi 

penting,  namun  fokus kepada  pengembangan keterampilan belajar menjadi lebih 

penting.  Peserta  didik  harus  belajar  cara  melacak,  menganalisis,  mensintesis, 

mengubah,  mendekontruksi  bahkan  menciptakan  lalu  membagikan  pengetahuan

kepada orang lain.  Fokus guru  sebenarnya  memberikan kesempatan  peserta didik 

untuk menghubungkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata. 

Salah  satu  pengaruh  signifikan  teknologi  terhadap  pembelajaran  abad  21 

adalah adanya  kemudahan akses  atau aksesibilitas terhadap sumber belajar digital 

9

untuk memenuhi beragam kebutuhan peserta didik. Komponen pembelajaran abad 

21 yang meningkat interaksinya satu sama lain,  yaitu: (1) aktifitas instruktur/guru/

mentor/fasilitator, (2) desain pembelajaran  online, (3)  data sebagai sumber belajar 

(big data), dan (4)  strategi pembelajaran online, dan (5)  unjuk kerja peserta didik.

Secara jelas kelima komponen hal tersebut diilustrasikan melalui gambar 1

Gambar 1. Komponen Pokok Pembelajaran Abad 21

Lima tahun terakhir, penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 

oleh  rumah  tangga  di  Indonesia  menunjukkan  perkembangan  yang  pesat  seiring 

peningkatan persentase penduduk yang menggunakan telepon selular. Berdasarkan 

survei  BPS  perkembangan  penggunaan  TIK  di  Indonesia  terus  meningkat  yang 

disajikan melalui gambar 2.   

10

Gambar 2. Perkembangan Penggunaan TIK di Indonesia

(Sumber Survey Sosial Ekonomi Nasional BPS)

Fenomena lain abad 21 adalah  adanya pergeseran kebutuhan  Sumber Daya 

Manusia (SDM)  yang menggeser SDM berketerampilan tingkat rendah (pekerjaan 

tangan)  dengan pekerjaan  SDM berdaya kreatifitas  tinggi.  Kreatifitas  adalah satusatunya  kemungkinan  bagi  negara  berkembang  untuk  tumbuh  sehingga  Saudara 

selaku  guru  pembelajaran  abad  21  perlu  mengorientasikan  pembelajaran  untuk 

menghasilkan  peserta  didik  yang  berdaya  kreatifitas  tinggi.  Hal  ini  lebih  cepat 

tercapai  manakala  proses  peserta  didik  menjadi  subyek  aktif  mengkontruksi 

pengalaman belajar, berlatih berpikir tingkat tinggi (HOTS), dan mengembangkan 

kebiasaaan  mencipta  (habit  creation).  Contohnya  aplikasi  Go-jek  sebagai  karya 

kreatif anak bangsa Nadiem Makarim yang memanfaatkan potensi big data  mampu 

menghasilkan  produk  ekonomi  kreatif  berbasis  pengetahuan  dan  telah  meraup 

keuntungan  milyaran.  Bill  Gates  yang  memulai  usaha  dari  pemikiran  di  pojok 

gudang yang sempit, Steve Jobs  yang terkenal  jenius dan visioner adalah contohcontoh orang kreatif. Anak-anak Indonesia diyakini mampu melebihi tokoh-tokoh 

tersebut apabila memperoleh pengalaman bermakna dari proses pembelajaran yang 

50,49

51,45

56,92 58,3

59,59

31,75

35,65

41,98

47,22

57,33

14,9

17,14

21,98

25,37

32,34

15,61

17,3

18,71

19,14

19,11

6.00

5,54

4,01

3,49 3,23

0

10

20

30

40

50

60

70

2013 2014 2015 2016 2017

Perkembangan Indikator TIK di Indonesia 

2013-2017

Pengguna telepon seluler

Rumah tangga yang mengakses

Internet

Pengguna internet

11

bermutu  tinggi.  Pembelajaran  abad  21  harus  memiliki  orientasi-orientasi  baru 

pembelajaran abad 21. 

Bishop  (2006)  mengemukakan  orientasi-orientasi  pembelajaran  abad  21 

dalam bentuk berbagai keterampilan abad 21  yang penting dikuasai  peserta didik

untuk  menjadi  warga  negara  dan  insan  yang  kreatif  produktif  di  abad  21  yang 

diilustrasikan melalui gambar 3.

Gambar 3. Kompetensi Abad 21 (Partnersip for 21

st

Century Skills)

Beberapa keterampilan penting abad 21  yang divisualisasikan  pada gambar 3  sangat 

relevan menjadi orientasi pembelajaran di Indonesia sebagai berikut;.  

1.  Berpikir kritis dan penyelesaian masalah (critical thinking and problem solving).

Berpikir  kritis  merupakan  keterampilan  yang  diperlukan  peserta  didik

untuk menghadapi kompleksitas dan ambiguitas informasi yang besar.  Peserta 

didik  perlu dibiasakan untuk berpikir analitis, membandingkan berbagai kondisi, 

dan menarik kesimpulan  untuk  dapat  menyelesaikan masalah.  Hal ini penting 

sebagai  negara  berkembang  yang  masih  mengalami  euforia  teknologi  untuk 

menghindarkan peserta didik dari salah penggunaan informasi, mudah termakan 

berita  hoax, dan  kurang  bertindak teliti.  Hal ini dapat melatih budaya untuk kritis 

dan teliti sejak dini. 

12

2.  Kreatifitas dan inovasi (creativity and innovation). 

Kreatifitas  dan  inovasi  merupakan  kunci  pertumbuhan  bagi  negara 

berkembang.  Kurikulum  2013  memiliki  tujuan  mempersiapkan  manusia 

Indonesia  agar  memiliki  kemampuan  hidup  sebagai  pribadi  yang  beriman, 

produktif, kreatif, inovatif dan afektif.  Kreatifitas akan melahirkan daya tahan 

hidup  dan  menciptakan  nilai  tambah  sehingga  mengurangi  kebiasaan  untuk 

mengeksploitasi  sumber  daya  alam,  namun  berusaha  menciptakan  ekonomi 

kreatif  berbasis  pengetahuan  dan  warisan  budaya.  Pembelajaran  STEAM, 

neuroscience, dan  blended learning  yang dibahas  pada modul  3  adalah  contoh 

pendekatan  pembelajaran  yang  dapat  dipergunakan  untuk  mengembangkan 

kreatifitas. 

3.  Pemahaman lintas budaya (cross-cultural understanding). 

Keragaman budaya di  Indonesia  sangat penting dipahami oleh  peserta 

didik  selain  pengenalan  keragaman  budaya  lintas  negara.  Peserta  didik  harus 

memiliki sikap toleransi dan mengakui eksistensi dan keunikan dari setiap suku 

dan  daerah  yang  ada  di  Indonesia.  Peserta  didik  sering  berinteraksi  dan 

berkomunikasi meallui  media sosial dengan orang dari  berbagai latar belakang 

budaya  dan  adat  istiadat  yang  berbeda.  Pemahaman  kebiasaan,  adat  istiadat, 

bahasa,  keunikan  lintas  budaya  adalah  pengetahuan  sangat  penting  dalam 

melakukan komunikasi dan interaksi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman

dan terpelihara rasa persatuan dan kesatuan nasional.

4.  Komunikasi,  literasi  informasi  dan  media  (media  literacy,  information,  and 

communication skill). 

Keterampilan  komunikasi  dimaksudkan  agar  peserta  didik  dapat 

menjalin hubungan dan menyampaikan gagasan dengan baik secara  lisan, tulisan 

maupun  non  verbal.  Literasi  informasi  dimaksudkan  agar  peserta  didik  dapat 

mempergunakan  informasi  secara  efektif  yakni  memahami  kapan  informasi 

diperlukan,  bagaimana  cara  mengidentifikasi,  bagaimana  cara  menentukan 

kredibilitas  dan  kualitas  informasi.  Literasi  media  dimaksudkan  agar  peserta 

didik  mampu  memahami,  menganalisis,  dan  adanya  dekonstruksi 

13

pencitraan media, ada kesadaran cara media dibuat dan diakses sehingga  tidak

menelan mentah-mentah berita dari media. 

5.  Komputer dan literasi Teknologi  Informasi dan Komunikasi  (computing and 

ICT literacy)

Literasi  TIK  mengandung  kemampuan  untuk  memformulasikan 

pengetahuan,  mengekpresikan  diri  secara kreatif dan tepat, serta  menciptakan 

dan menghasilkan informasi bukan sekedar memahami  informasi.  Melek TIK 

memiliki  cakupan  lebih  luas  dari  melek  komputer  bukan  hanya  menguasai 

aplikasi  komputer  kontemporer  namun  termasuk  konsep  dasar  (foundational 

concept) berupa prinsip-prinsip dasar dan ide-ide  berkenaan  dengan komputer, 

jaringan informasi dan kemampuan intelektual (intellectual capabilities) berupa 

kemampuan untuk menerapkan teknologi informasi dalam situasi komplek dan 

berbeda.  Peserta didik  penting pula  dilatih untuk melek data dan  pemograman 

agar mampu  belajar memecahkan  persoalan dalam kehidupan sehari-hari dengan 

pemikiran logis melalui pemanfaatan dan penciptaan program, misalnya belajar 

coding  sejak  sekolah  menengah.  Tentu  berbagai  keterampilan  disesuaikan 

dengan jenjang kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik.

6.  Karir dan kehidupan (life and career skill)

Peserta  didik  akan  berkarya  dan  berkarir  di  masyarakat  dimana  dunia 

kerja memerlukan orang-orang yang mandiri, suka mengambil inisiatif, pandai 

mengelola waktu, dan berjiwa kepemimpinan.  Peserta didik perlu memahami 

tentang pengembangan karir dan bagaimana karir seharusnya  diperoleh melalui 

kerja keras dan sikap jujur. Misalnya pemahaman pentingnya sikap profesional, 

menghargai  kerja  keras,    disiplin,  amanah,  dan  menghindari  praktek-praktek 

kolusi, koneksi, dan nepotisme. 

Keenam  jenis  keterampilan  tersebut perlu dijadikan orientasi pembelajaran 

abad 21.  Keenam keterampilan di atas sesungguhnya bisa dikelompokkan menjadi 

tiga  katagori, yaitu;  (1)  keterampilan belajar dan inovasi  meliputi berpikir  kritis dan 

pemecahan masalah, komunikasi dan  kolaborasi, serta  kreatifitas  dan inovasi, (2) 

literasi digital  meliputi  literasi informasi,  literasi  media, dan literasi  TIK,  dan  (3) 

keterampilan  dalam  karir  dan  kehidupan  meliputi  sikap  luwes  dan  mampu 

14

beradaptasi, inisiatif dan mengarahkan diri, mampu berinteraksi dalam lintas sosial 

budaya, produktif dan akuntabel.  Silahkan Saudara pelajari  lebih lanjut mengenai 

kerangka keterampilan abad 21 dari Partnership melalui link http://bit.ly/32ty4sN.

b.  Karakteristik Peserta Didik Abad 21

Saudara mahasiswa, belum selesai pembahasan mengenai generasi milenial, 

dunia pendidikan kembali harus menyesuaikan dengan kehadiran generasi  z  yaitu 

anak-anak yang lahir setelah tahun 1995.  Generasi z berada pada rentang usia 14-19 tahun  dan  memiliki banyak sebutan seperti generasi I,  Generation Next,  New 

Silent  Generation,  Homelander,  generasi  youtube,  generasi  net,  dan  sebagainya 

(Giunta,  2017).  Shenila  Janmohamed  (2016)  dalam  buku  Generation  M:  Young 

Muslim  Changing  The  World  menyebutnya  dengan  istilah  generasi  M,  yaitu 

kalangan  muda  yang  religius  namun  sekaligus  modern.  Rideout  et.al,  (2010) 

menggunakan istilah generasi M2  dimana pada  usia 8-18 tahun  generasi ini  lebih 

banyak menghabiskan waktu berinteraksi dengan media genre baru (new media) 

seperti  komputer,  internet  dan  video  games.  Generasi  z  besar  kemungkinannya 

tidak  sempat  menjalani  kehidupan  analog,  namun  langsung  masuk  dalam 

lingkungan digital. Silahkan Saudara buktikan dan amati,   jarang dijumpai generasi 

z  masih  mendengarkan  siaran  radio,  memutar  CD,  memutar  kaset  video,  dan 

menonton televisi. Interaksi dengan media generasi sebelumnya (old media) seperti 

televisi, media cetak, dan musik audio mulai berkurang intensitasnya. Fenomena 

ini bukan hanya merubah “apa” yang dipelajari, namun merubah cara “bagaimana” 

generasi z ini mempelajarinya.

Di  Indonesia  generasi  z  bisa dikatagorikan mereka yang lahir  sekitar tahun 

1995  setelah layanan internet pertama oleh Indonet di Indonesia tersedia pada tahun 

1994.  Kesenjangan  digital  tidak  lagi  sekedar  ditentukan  faktor  ekonomi  seperti 

kepemilikan  handphone, namun  lebih  disebabkan perbedaan  tingkat  literasi lintas 

antara  generasi  guru  dan  generasi  peserta  didik.  Seperti  apakah  karakteristik 

generasi z? Mari kita cermati bersama-sama!

1.  Generasi  z  menyukai kebebasan  dalam belajar (self directed learning) mulai 

dari  mendiagnosa  kebutuhan  belajar,  menentukan  tujuan  belajar, 

15

mengidentifikasi  sumber  belajar,  memilih  strategi  belajar,  dan  mengevaluasi 

hasil belajarnya sendiri.

2.  Generasi z suka mempelajari hal-hal baru yang praktis sehingga mudah beralih 

fokus belajarnya meskipun memiliki kecukupan waktu untuk mempelajarinya. 

3.  Merasa nyaman dengan lingkungan  yang terhubung dengan jaringan internet

karena memenuhi hasrat berselancar, berkreasi,  berkolaborasi, dan membantu 

berbagi informasi sebagai bentuk partisipasi. 

4.  Generasi z lebih suka berkomunikasi dengan gambar images, ikon, dan simbolsimbol daripada teks.  Generasi z  tidak betah berlama-lama untuk mendengarkan 

ceramah  guru,  sehingga  lebih  tertarik  bereksplorasi  daripada  mendengarkan 

penjelasan guru.

5.  Memiliki rentang perhatian pendek (short attention span) atau dengan kata lain 

sulit  untuk  berkonsentrasi  dalam  jangka  waktu  lama.  Generasi  z  terbiasa 

bersentuhan  dengan  teknologi  tinggi  dengan  aksesibilitas  cepat  misalnya 

smartphone. Rentang perhatian manusia semakin pendek ada di kisaran 8 detik 

(Glum, 2015).

6.  Berinteraksi  secara  kompleks  dengan  media  seperti  smartphone,  televisi, 

laptop, desktop, dan iPod.  Silahkan  Saudara  amati  adakah fenomena  seorang 

peserta  didik  mengetik  dengan  laptop  sambil  melacak  informasi  lewat 

smartphone sekaligus menonton televisi? 

7.  Generasi  z  lebih  suka  membangun  eksistensi  di  media  sosial  daripada  di 

lingkungan  nyata  dan  cenderung  memilih  menggunakan  aplikasi  seperti 

Snapchat, Secret dan Whisper daripada whatsapp. 

Guna  lebih  memahami  karakteristik  generasi  z  silahkan  Saudara  saksikan 

tayangan  video  di  http://bit.ly/2JXCcuy  kemudian  renungkanlah  apakah  peserta 

didik-peserta  didik  yang  ada  di  daerah  masing-masing  ada  kecenderungan 

karakteristik  yang  sama?  Berdasarkan  video  tersebut  Saudara  renungkan  dan 

pikirkan sejenak, lalu mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut;

1.  Apakah  Saudara  dalam keseharian menghadapi  peserta didik  yang memiliki 

ciri-ciri serta harapan yang sama dengan yang ada di video? Apabila berbeda 

16

karena  Saudara  bertugas  di  daerah  terpencil,  apakah  fenomena  dalam  video 

diyakini juga akan terjadi pada peserta didik di daerah Saudara? 

2.  Menurut  Saudara  sebaiknya  kita  mempertahankan  cara  mengajar  selama  ini 

atau menyesuaikan dengan melakukan perubahan atau antisipasi?

3.  Apakah  peserta  didik  mengekpresikan  kejenuhannya  dengan  bermain  game 

dan berselancar di dunia maya yang tidak edukatif?

4.  Apakah Saudara menganggap kegemaran generasi z sebagai gangguan  yang 

harus diberhentikan atau dipandang modalitas belajar yang harus disalurkan? 

5.  Perubahan-perubahan  apa  saja  yang  perlu  dilakukan  sesuai  kondisi  Saudara 

dan kondisi peserta didik di daerah masing-masing?

6.  Peran  apa  yang  seharusnya  dilakukan  Saudara  dalam  memfasilitasi  peserta 

didik abad 21?

Silahkan direnungkan dan didiskusikan bersama dengan teman-teman  Saudara. 

Namun,  bagaimanapun  peserta  didik  sulit  menghindarkan  diri  dari  dampak 

teknologi,  dimana  pertumbuhan  penggunaan  perangkat  teknologi  tentu  akan 

meningkat. Generasi muda perlu diarahkan untuk mengambil manfaat maksimal 

dari  TIK  untuk  pembelajaran  tanpa  memasung  kebebasan  namun  justeru 

memberikan saluran ke  arah yang positif. Bukankah  Saudara  tidak  menginginkan 

peserta didik menjadi objek dari teknologi  tanpa bisa mendapatkan manfaat positif? 

Teknologi  di  satu  sisi  memberikan  dampak  negatif  apabila  salah  dalam 

memanfaatkan,  sementara  di  satu  sisi  dapat  meningkatkan  mutu  pembelajaran. 

Banyak kasus peserta didik yang mengalami kecanduan game sehingga mengalami 

gangguan kejiwaan yang merugikan perkembangan peserta didik. Di sinilah peran 

penting Saudara  dalam  membantu peserta didik dalam  menghadapi pembelajaran 

abad 21.  Saudara  guru abad 21 idealnya  canggih, berempati,  mampu  memahami 

peserta didik, selalu  tampil  memesona dan menjadi mitra belajar  yang dekat  bagi 

peserta didik. 

c.  Peran Guru dalam Pembelajaran Abad 21

Saudara mahasiswa, mari kita lanjutkan pembahasan mengenai peran  Saudara 

dalam  pembelajaran  abad  21.  Tentu  peran  guru  abad  21  menjadi  lebih  menarik 

17

sekaligus menjadi  lebih menantang. Kehadiran guru dalam pembelajaran abad 21 

sangat diperlukan untuk menjamin terjadinya proses pembelajaran yang bermakna, 

berkarakter,  dan  memiliki  orientasi  pengembangan  keterampilan-keterampilan 

penting  abad 21.  Saudara disarankan  tidak  sekedar  berfokus  menyajikan  materi, 

fakta,  data,  hasil  riset,  teori,  cerita,  dan  rumus-rumus  semata  karena  cara-cara

demikian akan segera akan menjadi usang. Mengapa? Peserta didik dapat melacak 

informasi  dan  beragam  pengetahuan  memanfaatkan  sumber-sumber  digital

kapanpun dan dimanapun melalui mesin pencari. Bagi Saudara yang masih berada 

di daerah  yang  terpencil dan  tidak  ada  akses  jaringan  tetap perlu mengantisipasi 

karena  dalam waktu dekat semua daerah akan terhubung dengan jaringan internet 

dan  handphone  telah  menjadi bagian hidup keseharian  peserta didik.  Saudara selaku 

guru tetap perlu mengantisipasi perkembangan teknologi dan mentransformasi diri 

dari pembelajaran berpusat pada guru menjadi lebih berpusat pada  peserta didik, 

dimana peserta didik dan Saudara sama-sama aktif.  Saudara penting memberikan 

kesempatan  peserta  didik  mengkontruksi  pengetahuannya  sendiri  melalui 

kesempatan  mengakses “big data” namun tetap dalam  bimbingan  Saudara.  Generasi 

z  akan  cepat  menemukan  berbagai  sumber  belajar  digital  karena  sangat  terbiasa 

mengoperasikan beragam perangkat akses informasi digital. Di satu sisi generasi z

tetap  memerlukan  bantuan  dalam  hal;  (a)  cara  memvalidasi  informasi,  (b)  cara 

mensintesa  informasi,  (c)  cara  mengambil  manfaat  dari  informasi,  (d)  cara 

mengkomunikasikan informasi  kepada orang lain  dengan baik, (e) menggabungkan 

informasi  secara  kolaboratif,  dan  (f)  cara  menggunakan  informasi  untuk 

menyelesaikan masalah yang produktif. 

Aksesibilitas informasi yang semakin mudah mendorong pengembangan dan 

penyesuaian  kurikulum  dengan  porsi  penekanan  pengembangan  keterampilan 

belajar  daripada  sekedar  penyampaian  fakta-fakta.  Contoh  pada  pembelajaran 

dengan tema “peta”  guru dapat mengajukan pertanyaan  “manakah rute terpendek 

dari sekolah menuju kantor kecamatan?” Peserta didik dapat membuka google map

kemudian  mengetikkan  nama  tempat  atau  lokasi  yang  dituju.  Berdasarkan  hasil 

eksplorasi  peserta didik bisa didorong rasa ingin tahunya dengan meminta peserta 

didik  membuka  tayangan  animasi  mobil  sedang  berjalan  menuju  suatu  tempat. 

18

Peserta didik didorong mencari hubungan antara jarak tempuh dan waktu tempuh. 

Elaborasi selanjutnya diarahkan kepada  pembahasan mengenai kondisi lalu lintas, 

kepadatan  lalu lintas,  tips  keselamatan di jalan raya,  sistem  rambu-rambu lalu lintas,

dan  sebagainya.  Ajukan  pertanyaan-pertanyaan  yang  mengarah  pengembangan 

kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya;

1.  Bagaimana cara mendapatkan rute terpendek dan tercepat?

2.  Jenis kendaraan apa yang paling cocok dipergunakan?

3.  Bagaimana merancang jadwal perjalanan agar terhindar dari kemacetan?

4.  Sistem lalulintas seperti apa yang dapat mengurangi kemacetan di jalan raya? 

Coba  Saudara  perhatikan  apakah  pertanyaan-pertanyaan  di  atas  mendorong 

peserta didik  untuk berpikir tingkat tinggi (High Order Thingking Skill/HOTS)? 

Saudara  tentu ingat taksonomi hasil belajar yang meletakkan kemampuan mencipta 

(create)  merupakan  pengalaman  belajar  yang  paling  tinggi.  Bukankah  mencipta 

merupakan  puncak  hasil  belajar  paling  memuaskan  bagi  manusia?  Bayangkan 

kepuasan yang dirasakan peserta didik  apabila mereka  mampu menciptakan sesuatu 

yang bermanfaat dan mendapatkan banyak apresiasi. 

Upaya pertama yang penting bagi guru adalah merubah cara pandang terhadap 

generasi  z. Guru perlu meyakini bahwa generasi z  memiliki potensi kreatif yang 

dapat  menghasilkan  gagasan  cemerlang  apabila  diberikan  kesempatan  berkreasi. 

Peserta  didik  perlu  diberi  kepercayaan  dalam  melacak,  menemukan,  mengelola, 

menerapkan,  menganalisis,  mensintesis,  mengevaluasi,  dan  menciptakan  sesuatu 

dengan memanfaatkan beragam perangkat dan sumber yang dimiliki.

19

Gambar 4. Taksonomi Belajar Ranah Kognitif

Peserta didik perlu diberi kesempatan berkreasi menjadi produsen pengetahuan dan 

berbagi  pengetahuan  melalui  beragam  media  sosial  seperti  web  blog,  episode 

program di  internet (podcasting),  google drive,  snapchat,  video streaming, audio 

streaming,  dan  sebagainya.  Masyarakat  prosumen  dengan  sendirinya  dapat 

terbentuk  apabila peserta didik  sejak awal  dikondisikan  untuk terbiasa mencipta  dan 

menjadi subyek yang aktif dalam proses pembelajaran. 

Saudara  mungkin  mempertanyakan,  keterampilan  apa  saja  yang  diperoleh 

apabila  peserta  didik  diberikan  kesempatan  memanfaatkan  “big  data”  dengan

berselancar  di  internet?  Peserta  didik  perlu  berlatih  untuk  menjadi  produsen 

pengetahuan  yang mampu  mengungkapkan kembali  informasi dan pengetahuan 

menggunakan  kata-kata sendiri (mem-parafrase), menguji  kredibilitas informasi, 

membuat  atribut  informasi,  memilih  langganan  penyedia  informasi  yang  sesuai, 

memperhalus  kalimat,  mengedit,  mengunggah,  merefleksikan,  membuat  tag, 

menunjukkan lokasi, membangun jaringan, memberi komentar, menguji kebenaran 

informasi  dan  sebagainya.  Banyak  hal  bisa  dipelajari  dan  proses  yang  potensial 

mengembangkan keterampilan peserta didik. 

Bagaimana  dengan  integritas  tanggungjawab,  konsistensi,  dan  integritas? 

Generasi z  belajar dari teman, orang-orang baru, dan  dengan dirinya  sendiri. Ada 

banyak  aktivitas  dan  mode  belajar  potensial  yang  memenuhi  beragam  gaya  dan 

20

preferensi  belajar  generasi  z.  Lakukan  beberapa  hal  sederhana  yang  dapat 

membangun iklim positif bagi generasi z, yaitu;

1.  Kurangi  kebiasaan  berdiri  di  depan  kelas  dan  di  tengah  kelas  sebagai  satusatunya  sumber  dan  pusat  perhatian.  Ingatlah  teknologi  digital  adalah 

infrastruktur belajar yang digemari bagi generasi z. 

2.  Guru lebih berperan dan bertindak sebagai mentor pendamping, pembimbing, 

dan  pelatih  dengan  kebijaksanaan,  pengetahuan,  dan  pengalaman.  Lakukan 

monitoring  kemajuan  dan  pemahaman  konsep-konsep  kunci  hasil  eksplorasi 

oleh  peserta didik  di  dunia digital.  Penuhi  hasrat  peserta didik  berselancar di 

dunia  maya  atau  beraktivitas  nyata  untuk  dapat  menimbulkan  antusiasme. 

Kurangi  kebiasaan  meminta  peserta  didik  sekedar  mendengarkan  penjelasan 

guru.

3.  Memotivasi  peserta  didik  untuk  mencapai  tujuan  yang  telah  dipilih  melalui 

inspirasi-inspirasi baru.  Contohnya guru menyediakan forum berdiskusi secara 

online  melalui instagram, facebook atau whatsapp group  di sore hari  sehingga 

menjadi perbincangan menyenangkan dipagi harinya  atau pertemuan berikutnya. 

4.  Peran guru adalah memberikan saran atas proses dan hasil belajar peserta didik

sehingga  perlu  memfokuskan  diri  kepada  monitoring  proses  belajar  peserta 

didik.  Misalnya  guru  menyediakan  wadah  untuk  mengunggah  karya  peserta 

didik kemudian guru memberikan komentar konstruktif secara berkala.

Kemudian apa  konsekwensinya bagi guru abad 21? Konsekwensinya Saudara

harus  lebih  luwes  membuat  rancangan  pembelajaran  karena  bukan  saja  peserta 

didik  memiliki kebutuhan, minat, aspirasi dan kemampuan yang berbeda, namun 

secara  alamiah  mereka  adalah  generasi  modern  yang  memerlukan  cara  belajar 

berbeda.  Apa dan bagaimana mereka? 

1.  Generasi z  abad 21 memerlukan tugas-tugas dan atau aktivitas pembelajaran 

yang bervariasi.

2.  Abad 21 memerlukan konteks dan lingkungan belajar yang berbeda dengan 

kelas konvensional yaitu lingkungan dunia maya

3.  Transisi dapat dimulai dari kelas  konvensional  dengan  mengubah  metode 

pembelajaran sesuai kebutuhan generasi z  dan dunia masa depan. Perubahan 

21

dimaksud  adalah  menekankan  pengintegrasian  teknologi  ke  dalam  kelas

sesuai kondisi, kesiapan, dan aksesibilitas perangkat TIK.

4.  Perlu dicatat,  jangan lupa memanfaatkan sumber belajar lingkungan fisik 

dan dikombinasikan dengan sumber belajar digital. Ingatlah sumber digital 

bersifat  memperkaya  namun  interaksi  dengan  lingkungan  fisik  adalah 

sumber belajar yang kaya.

Faktor lain yang penting sebagai renungan guru harus benar-benar mencintai 

bidang  ataupun  mata  pelajaran  yang  menjadi  tanggungjawabnya  dan  guru  harus 

mencintai  peserta  didiknya.  Penting  bagi  Saudara  selaku  guru  untuk  mengenal 

berbagai  model  pembelajaran  abad  21  dengan  orientasi-orientasi  barunya  dalam 

membangun  kompetensi.  Pendekatan  utama  adalah  student  center  learning  dan 

paradigma  belajar  kontruktivistik  dengan  guru  tetap  aktif.  Model-model  seperti 

apakah  itu?  Mari  kita  ikuti  pembahasan  berikutnya  mengenai  model-model 

pembelajaran abad 21. 

d.  Model-model Pembelajaran Abad 21

Sebelum  membahas  model-model  pembelajaran  abad  21  ada  baiknya 

dipahami terlebih dahulu kerucut pengalaman belajar Edgar Dale. Hal ini penting 

karena pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi atau bahkan dimediasi oleh 

teknologi  tetap  diperuntukkan  bagi  kemaslahatan  peserta  didik  dan  memberikan 

pembelajaran  bermakna.  Pada  anak  usia  dini  tentu  dapat  membantu  menstimuli 

aspek-aspek  perkembangan  sesuai  tugas-tugas  perkembangannya.  Berdasarkan 

kerucut  pengalaman  Edgar  Dale  pengalaman  langsung  tetap  merupakan 

pengalaman  belajar  yang  paling  tinggi,  sehingga  pemanfaatan  sumber-sumber 

digital  tetap  perlu  diikuti  dengan  pengalaman  langsung  denga  memanfaatkan 

sumber belajar fisik.  

22

Gambar 5. Kerucut Pengalaman Belajar 

Berkenaan  dengan  model-model  pembelajaran  abad  21  yang  dipandang

potensial untuk  mengintegrasikan teknologi  dan  luwes  diterapkan pada berbagai 

tingkatan  usia, jenjang pendidikan  dan bidang studi, Saudara  dapat menyesuaikan 

dengan kondisi sekolah. Model-model pembelajaran dimaksud antara lain;

1.  Discovery  learning;  belajar  melalui  penelusuran,  penelitian,  penemuan,  dan 

pembuktian. Contoh dalam pembelajaran guru menugaskan peserta didik untuk 

menelusuri faktor penyebab terjadinya banjir  di daerah setempat.  Peserta didik

bekerja  secara  berkelompok  menelurusi  informasi  dengan  mewawancarai 

penduduk  disertai  pelacakan  informasi  di  internet  (bimbingan  disesuaikan 

tingkatan usia) dan kemudian diminta untuk membuat kesimpulan dilanjutkan 

presentasi.

2.  Pembelajaran  berbasis  proyek;  proyek  memiliki  target  tertentu  dalam  bentuk 

produk  dan  peserta  didik  merencanakan  cara  untuk  mencapai  target  dengan 

dipandu  oleh  pertanyaan  menantang.  Contohnya  pada  peserta  didik  SMK 

Kewirausahaan  diberikan  pertanyaan  produk  kreatif  berbahan  lokal  seperti 

apakah  yang  memiliki  nilai  tambah  secara  ekonomis?  Peserta  didik  bisa 

mengikuti  tahapan  pembelajaran  seperti  eksplorasi  ide,  mengembangkan 

gagasan, merealisasikan gagasan menjadi prototipe produk, melakukan uji coba 

23

produk,  dan  memasarkan  produk.  Pada  prosesnya  peserta  didik  bisa 

memanfaatkan  teknologi  untuk  mencari  informasi  bagi  upaya  pengembangan 

gagasan,  membuat  sketsa  produk  menggunakan  software  tertentu,  menguji 

produk melalui respon pasar dengan google survey dan sebagainya.

3.  Pembelajaran  berbasis masalah dan penyelidikan; belajar berdasarkan masalah 

dengan  solusi  “open  ended”,  melalui  penelusuran  dan  penyelidikan  sehingga 

dapat  ditemukan  banyak  solusi  masalah.  Contohnya  mengatasi  masalah 

pencemaran  udara  akibat  asap  kendaraan  bermotor.  Peserta  didik  bisa 

mengeksplorasi  lingkungan  memanfaatkan  sumber-sumber  fisik  diperkaya 

sumber-sumber  digital,  menggali  pengalaman  orang  lain  atau  contoh  nyata 

penyelesaian masalah dari beragam sudut pandang.  Peserta didik  terlatih untuk 

menghasilkan  gagasan  baru,  kreatif,  berpikir  tingkat  tinggi,  kritis,  berlatih 

komunikasi,  berbagi,  lebih  terbuka  bersosialisasi  dalam  konteks  pemecahan 

masalah.

4.  Belajar  berdasarkan  pengalaman  sendiri  (Self  Directed  Learning/SDL);  SDL 

merupakan proses di mana insiatif belajar dengan/atau tanpa bantuan pihak lain 

dilakukan oleh peserta didik sendiri mulai dari mendiagnosis kebutuhan belajar 

sendiri,  merumuskan  tujuan,  mengidentifikasi  sumber,  memilih  dan 

menjalankan strategi belajar, dan mengevaluasi belajarnya sendiri. Contoh guru 

bisa membantu  peserta didik  mengidentifikasi kebutuhan belajar  peserta didik

atau mulai dari kemampuan apa yang ingin dikuasai. Misalnya ingin menguasai 

cara  melukis  menggunakan  software  corel  draw  maka  guru  bisa  membantu 

peserta  didik  merumuskan  tujuan-tujuan  penting  yang  dapat  membantu 

mencapai tujuannya.  Peserta didik  belajar mandiri mengeskplorasi tutorialnya

melalui youtube, menerapkan, dan mengevaluasi kemampuannya.  

5.  Pembelajaran kontekstual (melakukan); guru mengaitkan materi yang dipelajari 

dengan situasi dunia nyata peserta didik  sehingga memungkinkan peserta didik

menangkap makna dari  yang pelajari, mengkaitkan pengetahuan baru dengan 

pegetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki.  Contoh dalam pembelajaran 

bentuk-bentuk  tulang  daun  guru  menugaskan  kepada  peserta  didik  secara 

berkelompok mengeksplorasi melalui internet. Guru menginginkan peserta didik 

24

dapat  memperoleh  pengalaman  bermakna  yang  mendalam  dan  dapat 

mengkaitkan  apa  yang  dipelajari  dengan  kehidupan  nyata.  Pada  PAUD  dan 

sekolah  dasar  kelas  rendah  bisa  saja  peserta  didik  belum  bisa  membedakan 

secara nyata perbedaan kelenturan dan kekuatan tulang daun dari setiap bentuk 

yang berbeda, sehingga diperlukan pengalaman langsung. 

6.  Bermain peran dan simulasi; peserta didik bisa diajak untuk bermain peran dan 

menirukan adegan, gerak/model/pola/prosedur tertentu. Misalnya seorang  guru 

menggunakan  tayangan video dari  youtube,  peserta didik  diminta mencermati 

alur cerita dan peran dari tokoh-tokoh yang ada kemudian berlatih sesuai tokoh 

yang diperankan. Pada tataran lebih kompleks membuat cerita sendiri kemudian 

memperagakannya dengan bermain peran. 

7.  Pembelajaran kooperatif;  merupakan bentuk pembelajaran berdasarkan faham 

kontruktivistik. Peserta didik berkelompok kecil dengan tugas yang sama saling 

bekerjasama dan membantu untuk mencapai tujuan bersama.

8.  Pembelajaran  kolaboratif;  merupakan  belajar  dalam  tim  dengan  tugas  yang 

berbeda untuk mencapai tujuan bersama.  Pembelajaran kolaboratif lebih cocok 

untuk  peserta didik  yang sudah menjelang dewasa. Kolaborasi bisa dilakukan 

dengan bantuan teknologi misalnya melalui dialog elektronik, teknologi untuk 

menengahi dan memonitor interaksi,  dimana masing-masing pihak memegang 

kendali dirinya dalam berkomunikasi untuk mencapai tujuan bersama. Fasilitasi 

bisa diberikan oleh guru, ketua kelompok pelatih online maupun mentor. 

9.  Diskusi kelompok kecil; diskusi kelompok kecil diorientasikan untuk berbagai 

pengetahuan  dan  pengalaman  serta  untuk  melatih  komunikasi  lompok  kecil 

tujuannya agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait 

materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Berbagai model pembelajaran di atas memberikan peluang pengintegrasian 

teknologi dalam prosesnya, namun  Saudara  harus memiliki paket pengetahuan yang 

terkait dengan penguasaan konten, penguasaan  aspek  pedagogis dan penguasaan 

aspek  teknologi.  Guna  memudahkan  dan  memberikan  gambaran  cara 

mengintegrasikan  teknologi  telah  dikembangkan  suatu  kerangka  untuk 

pengintegrasian  teknologi  dalam  pembelajaran  yang  dikenal  dengan  TPACK. 

25

Saudara  tentu semakin bersemangat dan penasaran dengan TPACK. Marilah kita 

simak bersama-sama!

e.  TPACK sebagai Kerangka Integrasi Teknologi

Saudara  tentu  sudah  memiliki  pengetahuan  (Knowledge/K)  cara 

membelajarkan  (Pedagogy/P) dan  menguasai materi pembelajaran sesuai bidang 

(Content/C)) dikenal dengan istilah  Pedagogy  Content Knowledge  (PCK). Istilah 

PCK  pertama  kali  diperkenalkan  oleh  Shulman  pada  tahun  1986.  Namun,  PCK 

tidak  sekedar irisan atau gabungan pengetahuan tentang  pedagogi dan penguasaan 

materi  namun  diperkuat  oleh  pengalaman-pengalaman  guru  (tacit  knowledge).

Penelitian menunjukkan persepsi calon guru terhadap TPACK sangat dipengaruhi 

oleh pengalaman mengikuti perkuliahan terkait pengetahuan tentang teknologi dan 

pengetahuan  tentang  pedagogi  dan  teknologi  (Koh,  et.al,  2013)  Perkembangan 

teknologi  informasi  dan  komunikasi  telah  memberikan  pengaruh  besar  terhadap 

proses  pembelajaran  sehingga  abad  21  mendorong  Saudara  untuk  memiliki 

pengetahuan  terkait  teknologi  informasi  dan  komunikasi  (TIK).  Istilah  PCK 

berkembang  menjadi  TPCK  dimana  “T”  adalah  teknologi.  Guna  memudahkan 

penyebutannya  TPCK  dirubah  menjadi  TPACK  dan  berkembang  melibatkan 

banyak domain pengetahuan di dalamnya.

Konsep TPACK melibatkan 7 domain pengetahuan  dikarenakan ada irisan 

atau sintesa baru, yaitu; 

a).  Pengetahuan materi (content knowledge/CK)  yaitu penguasaan  bidang studi 

atau materi pembelajaran. 

b).  Pengetahuan  pedagogis  (pedagogical  knowledge/PK)  yaitu  pengetahuan 

tentang proses dan strategi pembelajaran.

c).  Pengetahuan  teknologi  (technological  knowledge/TK)  yaitu  pengetahuan 

bagaiamana menggunakan teknologi digital.

d).  Pengetahuan  pedagogi  dan  materi  (pedagogical  content  knowledge/PCK)

yaitu gabungan pengetahuan tentang bidang studi atau materi pembelajaran 

dengan proses dan strategi pembelajaran. 

26

e).  Pengetahuan teknologi dan materi (technological content knowledge/TCK)

yaitu  pengetahuan  tentang  teknologi  digital  dan  pengetahuan  bidang  studi 

atau materi pembelajaran. 

f).  Pengetahuan  tentang  teknologi  dan  pedagogi  (technological  paedagogical 

knowledge/TPK)  yaitu  pengetahuan  tentang  teknologi  digital  dan 

pengetahuan mengenai proses dan strategi pembelajaran. 

g).  Pengetahuan  tentang  teknologi,  pedagogi,  dan  materi  (technological, 

pedagogical, content knowledge/TPCK) yaitu pengetahuan tentang teknologi 

digital, pengetahuan tentang proses dan strategi pembelajaran, pengetahuan 

tentang bidang studi atau materi pembelajaran.

TPACK  merupakan  kerangka  pengintegrasian  teknologi  ke  dalam  proses 

pembelajaran yang melibatkan paket-paket pengatahuan tentang teknologi, materi, 

dan  proses  atau  strategi  pembelajaran.  Paket-paket  pengetahuan  bersinggungan 

menghasilkan irisan-  irisan menjadi paket pengetahuan baru seperti  diilustrasikan 

melalui gambar 6.

Gambar 6. TPACK kerangka integrasi teknologi dalam pembelajaran

PCK,  TPK,  dan  TCK  merupakan  paket  pengetahuan  yang  berlaku  umum 

tidak merujuk kepada  bidang studi atau  materi pelajaran secara spesifik  sehingga 

bersifat  sebagai  kerangka  yang  umum.  TPCK  sintesa  pengetahuan  guru  sesuai 

konteks, sehingga guru bisa mengajarkan materi tertentu menggunakan teknologi 

27

pembelajaran  untuk  memudahkan  proses  belajar  peserta  didik.   Ketiga  paket 

pengetahuan  yaitu  PCK,  TPK,  dan  TCK  sebenarnya  merupakan  satu  paket 

pengetahuan yang tidak terpisah disebut Total PACKage atau  disebut TPACK yang 

diperkenalkan  oleh  Mishra  &  Koesler  (2007),   selain  untuk  memudahkan 

penyebutannya.    Saudara  tentunya masih ingat bahwa TPACK ini masih merupakan 

kerangka umum sehingga Saudara selaku guru harus menterjemahkannya ke dalam 

tataran  praktis.  Saudara  tidak  perlu  khawatir  karena  Yeh  et.al  (2014)  mencoba 

memberikan  gambaran  penerapan  secara  praktis.  Disamping  itu  pada  modul  4 

Saudara  akan  diberikan  contoh  penerapannya  secara  nyata  dalam  pembelajaran. 

Adapun  gambaran  penerapan  secara  praktis  TPACK  menurut  Yeh  et.al  (2014) 

melibatkan 8 domain pengetahuan seperti divisualkan melalui gambar 7. 

Gambar 7. Kerangka Integrasi Teknologi TPACK secara Praktis 

Berdasakan  gambar  7  kemungkinan  penerapan  TPACK  dapat  mencakup  8 

domain  yang  mencakup  5  area  yaitu  bidang  studi,  peserta  didik,  kurikulum, 

28

penilaian, dan praktek mengajar.    Ke delapan domain untuk penerapan TPACK 

secara praktis adalah:

(1)  Menggunakan TIK untuk menilai peserta didik. Contoh  Saudara  menggunakan 

Microsoft excel untuk mengolah nilai, menggunakan kuis online untuk menilai 

partisipasi  peserta didik, menggunakan  grup  chatting  untuk memahami cara 

berkomunikasi melalui medsos dan sebagainya.

(2)  Menggunakan  TIK  untuk  memahami  materi  pembelajaran.  Contohnya 

mengemas  materi  abstrak  ke  dalam  animasi  video,  mensimulasikan  prinsip 

kerja mesin menggunakan animasi, memberikan rujukan tautan untuk  belajar 

lebih lanjut dan sebagainya.

(3)  Mengintegrasikan  TIK  untuk  memahami  peserta  didik.  Contohnya  meminta 

peserta  didik  memvisualisasikan  idenya  menggunakan  corel  draw, 

menggunakan  whatsapp atau email untuk menampung keluhan peserta didik, 

menyediakan forum konsultasi secara online dan sebagainya

(4)  Mengintegrasikan  TIK  dalam  rancangan  kurikulum  termasuk  kebijakan. 

Contohnya  melibatkan  guru  dalam  pengembangan  sumber  belajar  digital, 

diskusi rutin pengembangan konten digital, memasukkan program peningkatan 

melek TIK bagi guru dan sebagainya

(5)  Mengintegrasikan TIK untuk menyajikan data. Contohnya menggunakan TIK 

untuk menyajikan data akademik, data induk peserta didik, data mutasi peserta 

didik, membuat grafik dan sebagainya

(6)  Mengintegrasikan  TIK  dalam  strategi  pembelajaran.  Contohnya 

mengembangkan pembelajaran berbasis web, mengelola forum diskusi online, 

melaksanakan  teleconference,  menggunakan  video  pembelajaran  untuk 

memotivasi peserta didik  dan sebagainya.

(7)  Menerapkan TIK untuk pengelolaan  pembelajaran. Contohnya menggunakan 

TIk  untuk  presensi  online,  memasukkan  dan  mengolah  nilai  peserta  didik, 

menggunakan sistem informasi akademik dan sebagainya.

(8)  Mengintegrasikan  TIK  dalam  konteks  mengajar.  Contohnya  menyediakan 

pilihan pembelajaran berbasis online, menciptakan lingkungan pembelajaran 

29

yang  kaya  sumber  digital,  memanfaatkan  sumber  belajar  berbasis  teknologi 

dan sebagainya. 

Berdasarkan contoh-contoh pengintegrasian TIK dengan kerangka TPACK 

sebaiknya  disesuaikan  dengan  kondisi  dan  kesiapan  sekolah.  Saudara  tentu 

memiliki pengetahuan formal, pengalaman, cara pandang, dan sistem kepercayaan 

mengenai  teknologi.  Saudara  tetap  harus  meletakkan  karakteristik  peserta  didik

sebagai pijakan dalam menentukan strategi pembelajaran. Karakteristik generasi z 

yang  akkrab  dengan  teknologi  dan  dunia  digital  sebaiknya  dipandang  sebagai 

modalitas belajar sehingga guru bersikap bijak dalam mengintegrasikan TIK dalam 

kelas.  Saudara  perlu memahami bahwa dengan  memanfaatkan kerangka TPACK 

harus menjadi bagian upaya mentransformasi diri menuju sosok ideal guru abad 21

yang akan kita bahas pada bagian lain modul ini. 

Saudara  harus optimis mampu memperkaya lingkungan kelas menjadi lebih 

bermakna.  Saudara  saat  ini  sudah  mendapatkan  gambaran  umum  dan  praktis 

penggunaan TPACK. Saat ini  Saudara  disampaikan tips yang dapat dilakukan untuk 

mulai mentransformasi kelas kita masing-masing dari hal-hal yang sederhana. 

1.  Lakukan  refleksi  diri  (ikuti  langkah-langkah  berefleksi  yang  ada  di  Modul  2 

Kegiatan  Belajar  4)  terkait  kompetensi  diri  Saudara  selaku  guru.  Jawablah 

pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 

a.  Sejauhmana kompetensi Saudara pada aspek pedagogi untuk abad 21?

b.  Sejauhmana kompetensi Saudara pada aspek teknologi untuk abad 21?

c.  Sejauhmana penguasaan materi Saudara untuk pembelajaran abad 21?  

2.  Lakukan  pengamatan  kondisi  peserta  didik  dan  ketersediaan  perangkat  akses 

sumber  digital  sehingga  perlu  melibatkan  dengan  orangtua.  Saudara  perlu 

memanfaatkan  modalitas  belajar  generasi  z  untuk  diarahkan  kepada  kegiatan 

belajar produktif  sekaligus membangun budaya  pemanfaatan  perangkat digital 

yang baik.  Perbanyak  penyajian visual  daripada verbal dan kemas  materi ke 

dalam  segmen-segmen  kecil  yang  praktis,  gunakan  waktu-waktu  senggang 

peserta didik yang rawan bermain game dengan tugas pembelajaran berbasis 

TIK yang menarik.   

30

3.  Pilih topik pembelajaran yang abstrak,  sulit  diamati langsung,  bersifat kompleks, 

dan atau materi yang mengandung  cara kerja sistemik  untuk disajikan dengan 

dukungan  perangkat  TIK  sehingga  memberi  nilai  tambah.  Misalnya  materi 

sistem  tata surya,  sistem  peredaran darah,  proses  kondensasi,  rantai makanan 

dalam ekosistem, logika kerja hukum permintaan dan sebagainya.

4.  Identifikasi konten pembelajaran yang apabila disajikan dalam bentuk lain lebih 

mudah datau dengan kata lain  sulit jika disajikan secara  konvensional. Contoh 

menjelaskan transformasi data, analisis multimodal, penyajian data simultan dan 

sebagainya

5.  Identifikasi  taktik  mengajar  yang  tidak  mungkin  disajikan  dengan  cara  lain 

misalnya ide-ide yang tidak ada di dunia nyata. Misalnya eksplorasi dunia maya

masa depan,  kota bawah laut, simulasi  prinsip kerja, pemodelan, dan sebagainya. 

TIK  dapat  pula  untuk  mewadahi  dan  memvisualisasikan  gagasan  imajinatif 

peserta didik.

6.  Gunakan komputer dan atau perangkat TIK dengan menempatkan peserta didik

sebagai subyek aktif dan terbiasa bekerja secara berkelompok. Contoh kegiatan

menggunakan  model  pembelajaran  kooperatif  dalam  mengeksplorasi  sumber 

digital, mengamati, menilai, menemukan, dan memecahkan masalah.

Marilah  Saudara  mahasiswa  untuk  meningkatkan  pemahaman,  Saudara 

saksikan  tayangan video  contoh  model pembelajaran  yang  mengintegrasikan TIK 

dalam proses belajar mengajar di kelas  dari suatu sekolah yang berada di Propinsi 

Bali  dari  link  http://bit.ly/2WRA1xQ.  Bagaimana  menurut  Saudara?  Itu  adalah 

contoh  sederhana  sehingga  Saudara  bisa  memiliki  gambaran  pengintegrasian 

teknologi  untuk ruang-ruang kelas  Saudara.  Rancangan pembelajaran  nampaknya 

perlu  disusun  lebih  luwes  mengingat  peserta  didik  memiliki  kebutuhan,  minat, 

aspirasi dan kemampuan yang berbeda. Selain itu  secara alamiah mereka adalah 

generasi z, generasi yang memerlukan cara belajar berbeda.

SOAL KURIKULUM PENDIDIKA INDONESIA

 1.  Kurikulum sebagai seluruh aktivitas peserta didik baik yang dilakukan di 

dalam maupun di luar kelas berarti....

A.  Menyusun  daftar  mata  pelajaran  yang  harus  dipelajari  oleh  siswa 

selama menempuh pembelajaran di kelas

B.  Menyusun  rancangan  kunjungan  ke  kebun  binatang  untuk 

menyelesaikan projek pembelajaran sain 

C.  Menyusun  aktivitas  pembelajaran  yang  disajikan  dalam  RPP  untuk 

menjadi dokumen sekolah

D.  Menyusun modul pembelajaran yang memuat aktivitas belajar siswa

E.  Menyusun  daftar  isi  bahan  pembelajaran  agar  mudah  dipelajari  oleh 

siswa dalam proses pembelajaran

2.  Kurikulum  Indonesia  telah  mengalami  perubahan  sebanyak  sepuluh  kali. 

Jika dikelompokkan dalam jenisnya, kurikulum yang dikembangkan pada 

tahun 2004-2013, termasuk jenis kurikulum …

A.  Kurikulum berbasis pada pencapaian tujuan

B.  Kurikulum berbasis pada pencapaian proses

C.  Kurikulum sebagai rencana pelajaran

D.  Kurikulum berbasis pada kompetensi 

E.  Kurikulum berbasis konten pembelajaran

3.  Nilai-nilai  kehidupan  dan  budaya  dalam  masyarakat  senantiasa 

berkembang,  maka  peran  kurikulum  tidak  hanya  mewariskan  nilai  dan 

177

budaya melainkan juga berperan untuk menilai dan memilih nilai budaya 

serta  pengetahuan  baru  yang  akan  diwariskan.  Penjelasan  tersebut 

merupakan …

A.  Peran konservatif

B.  Peran kritis dan evaluatif

C.  Peran kreatif

D.  Peran social

E.  Peran sumatif

4.  Di bawah ini merupakan kajian pokok implementasi kurikulum, kecuali ...

A.  Mengembangkan program 

B.  Pelaksanaan Pembelajaran pembelajaran

C.  Pengembangan kurikulum

D.  Evaluasi proses yang dilaksanakan

E.  Merancang dokumen kurikulum

5.  Kurikulum bukan hanya dipandang sebagai seperangkat mata pelajaran dan 

silabus, namun juga harus dipandang sebagai …

A.  Seperangkat alat pembelajaran yang harus disesuaikan dengan peserta 

didik

B.  Seperangkat dokumen yang harus dilaksanakan

C.  Rincian jadwal pelajaran

D.  Materi yang harus disampaikan kepada peserta didik

E.  Seperangkat tujuan pembelajaran

6.  Dalam  pelaksanan  kurikulum  2013,  peserta  didik  memerlukan  berbagai 

macam  sumber  literasi  untuk  menunjang  berbagai  macam  bacaan  dan 

literasi. Namun, masih ada sekolah  yang tidak memilikinya. Hal tersebut 

merupakan hambatan dari salah satu factor …

A.  Factor lingkungan sekolah 

178

B.  Factor sarana dan fasilitas

C.  Factor budaya dan ideologi

D.  Factor administrasi

E.  Faktor sekolah

7.  Ada  beberapa  hal  yang  perlu  dipertimbangkan  oleh  seorang  guru  dalam 

mengembangkan  kurikulum  yaitu  tujuan  Pendidikan  nasional,  visi,  misi, 

tujuan yang diharapkan masyarakat. Hal ini berarti …

A.  Guru  menyusun  program  pembelajaran  di  kelas  diterjemahkan  ke 

dalam sebuah tujuan nasional 

B.  Guru  menyusun  program  pembelajaran  menyesuaikan  dengan 

kurikulum yang ada berdasarkan tujuan yang ditetapkan. 

C.  Guru menyusun program pembelajaran dengan mengacu kepada tujuan 

Pendidikan nasional, visi, misi, tujuan juga disesuaikan dengan kondisi 

masyarakat

D.  Guru  melakukan  pembelajaran  hanya  disesuaikan  dengan  kebutuhan 

masyarakat setempat. 

E.  Guru  melaksanakan  proses  pembelajaran  sesuai  dengan 

pengalamannya yang menurutnya penting. 

8.  Menurut Friedman, perkembangan teknologi begitu cepat namun manusia 

belum  bisa  mengimbangi  percepatan  perkembangan  teknologi.  Dalam 

pengembangan  sebuah  kurikulum,  fenomena  tersebut  bisa  diartikan  dan 

digunakan untuk …

A.  Identifikasi  perkembangan  zaman,  sehingga  pembelajaran  harus 

mengikuti perkembangan teknologi. 

B.  Mengidentifikasi  perkembangan  teknologi,  menyiapkan  strategi 

antisipasi  untuk  mengejar  ketertinggalan  dalam  beradaptasi  dengan 

teknologi 

C.  Mengintegrasikan teknologi ke ruang kelas dan  memberikan penjelasan 

cara penggunaannya 

179

D.  Guru tidak melarang, membatasi, maupun memberikan edukasi 

E.  Memberi kebebasan belajar dengan HP

9.  Seperti apa yang dikatakan oleh Friedman, perkembangan teknologi begitu 

cepat namun manusia belum bisa mengimbangi percepatan perkembangan 

teknologi. Sebagai seorang guru, maka yang harus dilakukan dalam rangka 

menyesuaikan dengan perkembangan teknologi adalah …

A.  Tidak menganjurkan peserta didik untuk membawa alat teknologi

B.  Membebaskan peserta didik menggunakan alat teknologi di dalam kelas

C.  Mengintegrasikan teknologi ke ruang kelas dan memberikan penjelasan 

cara penggunaannya

D.  Guru tidak melarang, membatasi, maupun memberikan edukasi 

E.  Memberi kebebasan belajar dengan HP

10.  Dalam  kurikulum  2013,  terdapat  integrasi  antara  ilmu  pengetahuan  dan 

karakter. Hal ini sesuai dengan arah baru program baru UNESCO yaitu …

A.  Ekonomi, manusia, lingkungan, dan sosial diintegrasikan

B.  Pikiran dan benda terintegrasi dalam pengembangan

C.  Sains dan nilai religius terintegrasi

D.  Pendidikan merupakan integral dari semua perkembangan 

E.  Pendidikan untuk semua



Tes formatif KB 4

1.  B

2.  D

3.  B

4.  C

5.  A

6.  B

7.  D

8.  B

9.  C

10. C

KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA

 a.  Konsep Dasar Kurikulum

Saudara  mahasiswa,  bagi  seorang  guru  yang  berkecimpung  dalam  dunia 

pendidikan  istilah  kurikulum  bukanlah  sesuatu  yang  asing  bukan?  Namun 

demikian,  mungkin  diantara  Anda  masih  ada  yang  lupa  atau  bahkan  belum 

memahami  makna  yang  sesungguhnya  dengan  istilah  kurikulum.  Banyak  orang 

yang beranggapan bahwa kurikulum hanya berkaitan dengan daftar mata pelajaran, 

bahan  ajar  atau  buku-buku  pelajaran  yang  harus  dimiliki  oleh  peserta  didik, 

sehingga perubahan kurikulum identic dengan perubahan buku pelajaran. Benarkah

demikian?  Apakah  kurikulum  hanya  berkaitan  dengan  buku  pelajaran?  Apakah 

aktivitas peserta didik dalam mempelajari bahan ajar tidak termasuk kurikulum? 

Persoalan kurikulum bukan hanya persoalan buku ajar atau daftar mata pelajaran 

saja akan tetapi masih banyak persoalan lainnya yang terkait dengan hal tersebut. 

Berikut akan Anda pelajari terkait konsep dasar kurikulum. 

Istilah  kurikulum  digunakan  pertama  kalinya  pada  dunia  olahraga  pada 

zaman Yunani kuno yaitu  curere  yang artinya adalah lintasan, atau jarak yang harus 

ditempuh oleh seorang pelari. Lintasan tersebut terbentang mulai dari start sampai 

dengan  finish.  Istilah  tersebut  digunakan  dalam  bidang  pendidikan  yang  di 

asumsikan sebagai sebagai serangkaian mata pelajaran yang harus dipelajari oleh 

peserta didik mulai dari awal sampai dengan mengakhiri program pendidikan. 

Para ahli pendidikan memiliki penafsiran yang berbeda tentang kurikulum. 

namun  demikian,  dalam  penafsiran  yang  berbeda  itu,  ada  juga  kesamaannya. 

Kesamaaan  tersebut  adalah,  bahwa  kurikulum  berhubungan  erat  dengan  usaha 

mengembangkan  peserta  didik  sesuai  dengan  tujuan  yang  hendak  dicapai.  Dari 

beberapa  konsep,  pada  dasarnya  kurikulum  dianggap  sebagai  mata  pelajaran, 

pengalaman belajar dan sebagai perencanaan program pembelajaran. Ketiga konsep 

tersebut diraukan sebagai berikut : 

141

1)  Kurikulum sebagai daftar mata pelajaran

Saudara mahasiswa, konsep kurikulum sebagai serangkaian daftar mata 

pelajaran  merupakan  konsep  yang  paling  dikenal  oleh  masyarakat  umum. 

Pengertian  kurikulum  sebagai  sejumlah  mata  pelajaran  yang  harus  ditempuh 

oleh peserta didik, merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini mewarnai 

teori-teori dan praktik pendidikan. Contohnya saja, apabila Anda pergi ke suatu 

sekolah kemudian Anda menanyakan tentang kurikulum yang digunakan oleh 

lembaga pendidikan tersebut, maka pimpinan sekolah akan menyodorkan daftar 

berbagai mata pelajaran yang harus ditempuh oleh setiap peserta didik. 

Konsep kurikulum sebagai daftar mata pelajaran biasanya erat kaitannya 

dengan usaha untuk memperoleh ijazah (Saylor;1981). Artinya, apabila peserta 

didik  berhasil  mendapatkan  ijazah  berarti  telah  menguasai  serangkaian  mata 

pelajaran  sesuai  dengan  kurikulum  yang  berlaku.  Dengan  demikian,  dalam 

pandangan ini kurikulum berorientasi kepada isi atau mata pelajaran (content 

oriented). Proses pembelajaran di sekolah yang menggunakan konsep kurikulum 

demikian penguasaan isi merupakan sasaran akhir dari proses pendidikan. 

Kurikulum  sebagai  mata  pelajaran  yang  harus  dikuasai  peserta  didik, 

dalam proses perencanaannya harus memiliki beberapa ketentuan. Perencanaan 

kurikulum  biasanya  menggunakan  judgment  ahli  bidang  studi  dengan 

mempertimbangkan factor social dan factor pendidikan. Dalam menentukan dan 

menyeleksi kurikulum perlu memperhitungkan tingkat kesulitan, minat peserta 

didik dan urutan bahan. Perencanaan dan implementasi kurikulum ditekankan 

kepada  penggunaan  metode  dan  strategi  pembelajaran  yang  memungkinkan 

peserta  didik  menguasai  materi  pembelajaran.  Pandangan  yang  menganggap 

kurikulum  sebagai  mata  pelajaran  merupakan  pandangan  yang  dianggap 

tradisional,  walaupun  sebenarnya  pandangan  ini  masih  banyak  dianut  dan 

mewarnai kurikulum yang berlaku di Indonesia.

2)  Kurikulum sebagai pengalaman belajar siswa

Saudara mahasiswa, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan 

teknologi dan munculnya berbagai macam kebutuhan dan tuntutan kehidupan 

142

mengakibatkan beban sekolah semakin berat dan komplek. Sekolah tidak saja 

dituntut untuk membekali berbagai macam ilmu pengetahuan yang sangat cepat 

berkembang, akan tetapi juga dituntut untuk dapat mengembangkan minat dan 

bakat, pembentukan karakter bahkan dituntut agar peserta didik dapat menguasai 

berbagai  macam  keterampilan  yang  dibutuhkan  di  era  yang  akan  datang. 

Tuntutan baru tersebut mengakibatkan pergeseran terhadap makna kurikulum. 

kurikulum  tidak  lagi  dianggap  sebagai  mata  pelajaran  akan  tetapi  dianggap 

sebagai pengelaman belajar peserta didik. Kurikulum adalah seluruh kegiatan 

yang dilakukan siswa baik di dalam maupun di luar sekolah dimana kegiatan 

tersebut berada dalam tanggung jawab sekolah. Kegiatan yang dimaksud tidak 

hanya  kegiatan  intra  ataupun  ekstra  kurikuler  tetapi  juga  mencakup  kegiatan 

peserta  didik  yang  dilakukan  di  bawah  tanggung  jawab  dan  bimbingan  guru. 

Misalnya  penugasan  proyek  Sains  yang  dikerjakan  di  rumah,  penugasan 

wawancara  dan  observasi,  kunjungan  museum  dan  kebun  binatang  itu 

merupakan bagian dari kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Pergeseran  pemaknaan  kurikulum  dari  sejumlah  mata  pelajaran  kepada 

pengalaman, selain disebabkan meluasnya fungsi dan tanggung jawab sekolah 

juga dipengaruhi oleh penemuan-penemuan dan pandangan baru dalam bidang 

psikologi belajar. Pandangan baru tersebut menganggap bahwa belajar bukan 

hanya  mengumpulkan  sejumlah  pengetahuan,  akan  tetapi  proses  perubahan 

tingkah  laku.  Peserta  didik  dianggap  telah  belajar  manakala  telah  memiliki 

perubahan perilaku. Tentu saja perubahan perilaku akan terjadi manakala siswa 

memiliki pengalaman belajar. Oleh sebab itu dalam proses belajar pengalaman 

dianggap lebih penting dari pada menumpuk sejumlah pengetahuan. 

3)  Kurikulum sebagai rencana atau program belajar

Saudara  mahasiswa,  konsep  kurikulum  sebagai  suatu  program  atau 

rencana pembelajaran nampaknya diikuti oleh para ahli kurikulum dewasa ini 

termasuk di Indonesia. Para ahli  menyatakan bahwa kurikulum pada dasarnya 

adalah  suatu  perencanaan  atau  program  pengalaman  siswa  yang  diarahkan 

sekolah. 

143

Sebagai  suatu  rencana,  kurikulum  bukan  hanya  berisi  tentang  program 

kegiatan akan tetapi juga berisi tentang tujuan yang harus ditempuh beserta alat 

evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian tujuan. Kurikulum sebagai 

suatu rencana nampaknya sejalan dengan dengan rumusan kurikulum menurut 

Undang-undang  pendidikan  Indonesia  yang  dijadikan  sebagai  acuan  dalam 

penyelenggaraan sistem pendidikan. Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 

2003  tentang  sistem  pendidikan  nasional  dikatakan  bahwa  kurikulum  adalah 

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara 

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan  belajar mengajar. 

Isi dan bahan pelajaran yang dimaksud adalah susunan dan bahan kajian untuk 

mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam 

rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Batasan  menurut  undang-undang  Nampak  jelas,  bahwa  kurikulum 

memiliki dua aspek pertama sebagai rencana (as a plan) yang harus dijadikan 

sebagai  pedoman  dalam  pelaksanaan  dan  kedua  digunakan  sebagai  upaya 

pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Untuk  menutup  kajian  terkait  konsep  dasar  kurikulum,  dapat  disimpulkan 

bahwa sekolah didirikan untuk membimbing peserta didik agar berkembang sesuai 

dengan tujuan yang diharapkan. Artinya titik sentral kurikulum adalah peserta didik 

itu sendiri. Perkembangan peserta didik hanya akan tercapai apabila memperoleh 

pengalaman  belajar  melalui  semua  kegiatan  yang  disajikan  oleh  sekolah  baik 

melalui mata pelajaran ataupun kegiatan lainnya. Oleh karena itu kurikulum sebagai 

suatu rencana rencana pembelajaran harus bermuara pada perolehan pengalaman 

peserta  didik  yang  sengaja  dirancang  untuk  mereka  miliki.  Dengan  demikian 

kurikulum  harus  mencakup  dua  sisi  yang  sama  penting,  yaitu  perencanaan 

pembelajaran  serta  bagaimana  perencanaan  itu  diimplementasikan  menjadi 

pengalaman belajar siswa dalam rangka pencapaian tujuan yang  diharapkan.  Untuk 

memperlajari lebih lanjut tentang konsep dasar kurikulum, anda dapat mengakses 

melalui link berikut: http://bit.ly/33DxOc5  

144

b.  Pembaharuan kurikulum di Indonesia

Merujuk pada tujuan pendidikan nasional menurut UU No 20 tahun 2003, 

yaitu membangun manusia Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME, berahlak 

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab, 

maka tujuan tersebut dapat dicapai melalui peran pengembangan dan implementasi 

kurikulum di tingkat satuan pendidikan mulai dari tingkat TK, SD dan SMP hingga 

tingkat  menengah  SMA  dan  SMK.  Oleh  karena  itu  pengembangan  dan 

implementasi kurikulum haruslah dilaksanakan secara konsisten dan efektif. 

Sebagai salah satu komponen penting dalam system pendidikan, kurikulum 

tidak hanya dirumuskan sebagai tujuan yang hendak dicapai sehingga memperjelas 

arah  pendidikan,  akan  tetapi  juga  memberikan  pemahaman  tentang  pengalaman 

belajar yang harus dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu sudah semestinya 

dalam  perjalanan  suatu  kurikulum  perlu  untuk  terus  ditelaah  dan  disesuaikan 

dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Agar dapat menangkap ide dari suatu 

kurikulum,  kita  perlu  mengetahui  perjalanan  kurikulum  apa  saja  yang  pernah 

diterapkan  di  negara  kita.  Karena  pengetahuan  ini  sangat  membantu  kita  untuk 

memahami  esensi  dari  suatu  perubahan  kurikulum  yang  pernah  diterapkan  di 

negara kita Indonesia.

Perkembangan  kurikulum  yang  terjadi  di  Indonesia  setelah  Indonesia 

merdeka pada tahun 1945, setidaknya kita telah mengalami sepuluh kali perubahan 

kurikulum.  Mulai  dari  kurikulum  1947,  1952,  1964,  1968,  1975,  1984,  1994, 

kurikulum berbasis kompetensi 2004, KTSP 2006 dan kurikulum 2013. Indonesia 

telah banyak belajar dari kurikulum-kurikulum tersebut. Dari kesepuluh kurikulum 

tersebut jika dilihat dari jenisnya terbagi menjadi 3 yaitu : 1) kurikulum sebagai 

rencana pelajaran (kurikulum 1947  –  1968), 2) kurikulum berbasis pada pencapaian 

tujuan (kurikulum 1975 – 1994) dan 3) kurikulum berbasis kompetensi (kurikulum 

2004 – 2013). Berikut ini akan disajikan secara singkat pembaharuan kurikulum di 

Indonesia yang akan disajikan dalam tabel berikut :

145

Tabel 2. Pembaharuan Kurikulum di Indonesia

Tahun  Dasar Pembaharuan  Pembaharuan  Implikasi 

Pembaharuan 

dalam 

Pembelajaran

1947  Dikenal  dengan  istilah 

Rencana Pelajaran 1947.

Kemerdekaan Indonesia 

menjadi dasar 

pembaharuan sehingga 

ingin menumbuhkan 

semangat kebangsaan 

masyarakat Indonesia 

dan membentuk karakter 

masyarakat yang 

merdeka.

Aspek yang 

ditekankan :

Kesadaran bernegara 

dan bermasyarakat.

Perhatian terhadap 

kesenian dan 

pendidikan jasmani.

Mengurangi sisi 

kognitif dari peserta 

didik, namun materi 

pelajaran 

dihubungkan dengan 

kon teks kehidupan 

sehari-hari 

masyarakat Indonesia 

saat itu.

1952  Dikenal  dengan  istilah 

Rencana  Pelajaran 

Terurai  1952.  Dasar 

pembaharuan  masih 

terkait  semangat 

kemerdekaan  bangsa 

Indonesia  ditambah 

kebutuhan  masyarakat 

atas lapangan pekerjaan.

Mata pelajaran yang 

diajarkan pada 

Rencana Pelajaran 

Terurai mencakup halhal moral, kecerdasan, 

emosional, 

keterampilan dan 

jasmani.

Guru mengajar satu 

mata pelajaran.

Selain sekolah rakyat 

6 tahun, juga dibuka 

kelas masyarakat 

yang yang tidak 

melanjutkan ke 

tingkat SMP. Kelas 

masyarakat 

mencakup pelajaranpelajaran 

keterampilan seperti 

pertanian dan 

pertukangan.

1964  Kebutuhan masyarakat 

untuk menciptakan 

lulusan yang mampu 

menyelesaikan masalah 

dan kreatif. 

Dari sisi akademik, 

kurikulum ini 

menerapkan subject 

centered curriculum

dimana setiap mata 

pelajaran berdiri 

sendiri.

Dikenal istilah 

Pancawardhana

karena kurikulum 

mencakup lima aspek 

kehidupan yaitu 

moral, kecerdasan 

emosional, 

keterampilan dan 

jasmani.

Selain penekanan 

pada bidang 

akademik, dikenal 

juga Hari Krida pada 

hari sabtu. 

Merupakan hari 

dimana peserta didik 

dapat 

mengembangkan 

potensi sesuaidengan 

minatnya seperti 

bidang kebudayaan 

dan olahraga. 

146

1968  Untuk membentuk 

manusia Pancasila sehat 

jasmani, memiliki 

kecerdasan dan 

keyakinan beragama.

Menekankan pada 

organisasi materi 

pelajaran menjadi 

kelompok pembinaan 

Pancasila, 

pengetahuan dasar dan 

kecakapan khusus.

Adanya penerapan 

correlated curriculum 

dimana ada 

keterhubungan ilmu 

antar satu jenjang 

dengan jenjang 

lainnya. Maka ilmu 

pengetahuan 

diajarkan lebih 

bersifat teoritis 

daripada praktis.

1975  Lulusan pendidikan 

dituntut untuk 

memenuhi kebutiuhankebutuhan masyarakat, 

terutama pada bidang 

ilmu pengetahuan dan 

teknologi.

Proses belajar 

mengajar lebih 

menekankan pada 

efektivitas waktu dan 

metode pembelajaran 

sehingga menvapai 

target pembelajaran.

Peran guru di kleas 

menjadi dominan, 

melakukan latihan 

(drill) sehingga hasil 

pendidikan diukur 

dengan mudah secara 

kuantitatif.

1984  Perkembangan 

teknologi dan kebutuhan 

masyarakat terkait 

IPTEK.

Proses pembelajaran 

yaitu CBSA (cara 

belajar siswa aktif).

Siswa dituntut untuk 

terlibat secara aktif 

baik fisik maupun 

nonfisik.

Pembelajaran 

dikemas dalam 

pendekatan spiral, 

artinya ada 

keterkaitan antar 

materi dari tiap 

jenjang. Semakin 

tinggi jenjang maka 

akan mempelajari 

materi semakin 

mendalam.

1994  Merupakan 

penyempurnaan dari 

kurikulum 1984.

Siswa lebih banyak 

memahami materi dan 

segera dinilai sehingga 

peserta didik mampu 

menerima 

pengetahuan lain. 

Dikenal dengan materi 

yang rumit dan 

banyak. Mulai 

dikenalkan kurikulum 

muatan local.

Pembagian waktu 

dalam satu tahun 

ajaran menjadi catur 

wulan.

2004  Fokus pada pencapaian 

kompetensi yang 

diharapkan sesuai 

dengan jenjang 

pendidikannya.

Mengedepankan 

penguasaan materi 

hasil dan kompetensi 

paradigm versi 

UNESCO learning to 

know, learning to do, 

learning to live 

Metode pembelajaran 

keterampilan proses 

melahirkan 

pembelajaran 

PAKEM dan CTL 

147

together dan learning 

to be.

2006  Sebuah kurikulum 

operasional pendidikan 

yang disusun oleh dan 

dilaksanakan di masingmasing satuan 

pendidikan di Indonesia.

Mengacu pada Standai 

Isi dan Standar 

Kompetensi Lulusan

Belajar sepanjang 

hayat, diarahkan pada 

proses 

pengembangan, 

pembudayaan dan 

pemberdayaan 

peserta didik yg 

berlangsung 

sepanjang hayat.

2013  Tantangan internal yang 

mengacu 8 standar 

pendidikan dan 

tantangan eksternal 

terkait globalisasi dan 

isu-isu muthakir dunia. 

Mengembangkan 

keseimbangan antara 

sikap spiritual, social, 

rasa ingin tahu, 

kreativitas, kerjasama 

dengan kemampuan 

intelektual dan 

psikomotor.

Pembelajaran 

berpusat pada peserta 

didik, interaktif, 

jejaring dan aktif.

Berdasarkan gambaran perjalanan pembaharuan kurikulum yang pernah dan 

sedang diterapkan di Indonesia dapat diketahui bahwa setiap perubahan kurikulum 

pasti  didasari  oleh  dasar  pembaharuan  yang  berangkat  dari  permasalahan  di 

masyarakat.  Perubahan  dimaksudkan  sebagai  inovasi  dalam  pendidikan  untuk 

menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing dikehidupan yang akan 

datang.

Saudara  mahasiswa,  kini  kurikulum  yang  diterapkan  di  Indonesia  adalah 

kurikulum  2013  yang  telah  mengalami  beberapa  perbaikan.  Kurikulum  2013 

dilandasi  oleh  pemikiran  bahwa  peserta  didik  diberikan  keterampilan  dan 

pengetahuan yang harus dapat digunakan paling tidak sampai satu atau dua decade 

dari sekarang. Atas dasar pemikiran tersebut maka standar kompetensi lulusan yang 

dikembangkan harus disesuaikan dan dikembangkan untuk kehidupan peserta didik 

sebagai individu anggota masyarakat dan warga negara  yang dapat memberikan 

kontribusi di masa yang akan datang.

Kurikulum  2013  dikembangkan  berdasarkan  ketentuan  yuridis  yang 

mewajibkan  adanya  pengembangan  kurikulum  baru,  landasan  filosofis  dan 

landasan empirik. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik 

Indonesia  No  70/2013,  dijelaskan  bahwa  rasionalisai  pengembangan  kurikulum 

148

2013  dikembangkan  berdasarkan  tantangan  internal,tantangan  eksternal, 

penyempurnaan pola pikir dan penguatan tata kelola kurikulum. Kurikulum 2013 

memiliki karakteristik sebagai berikut :

1.  Mengembangkan  keseimbangan  antara  sikap  spiritual,  rasa  ingin 

tahu,  kreativitas  kerjasama  dengan  kemampuan  intelektual 

psikomotor.

2.  Sekolah  merupakan  bagian  dari  masyarakat  yang  memberikan 

pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa 

yang  dipelajari  di  sekolah  ke  amsyarakat  dan  memanfaatkan 

masyarakat sebagai sumber belajar.

3.  Mengembangkan  sikap,  pengetahuan  dan  keterampilan  serta 

menerapkan dalam berbagai situasi di sekolah dan amsyarakat.

4.  Memberi  waktu  yang  cukup  leluasa  untuk  mengembangkan 

berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan.

5.  Kompetensi  dinyatakan  dalam  bentuk  komponen  inti  kelas  yang 

dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.

6.  Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian kompetensi 

dasar  di  mana  semua  kompetensi  dasar  dan  proses  pembelajaran 

dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam 

kompetensi inti.

7.  Kompetensi  dasar  dikembangkan  didasarkan  pada  prinsip 

akumulatif,  saling  memperkuat  dan  memperkaya  antar  mata 

pelajaran dan jenjang pendidikan.

c.  Peran, Fungsi, dan Komponen Kurikulum

Saudara  mahasiswa,  setelah  kita  mengetahui  perjalanan  pengembangan 

kurikulum di negara kita Indonesia kini kita akan mengkaji tentang Peran, Fungsi, 

dan  komponen  kurikulum.  Jika  kita  kaitkan  dengan  perjalanan  kurikulum  di 

Indonesia,  coba  kita  renungkan  sesungguhnya  apa  yang  telah  dilalui  dari 

serangkaian  perubahan  kurikulum  tersebut?  Jujur  saja,  dari  perjalanan  panjang 

perubahan kurikulum, masih banyak para guru yang melakukan perubahan hanya 

149

sebatas nama kurikulumnya saja. Karena jika melihat praktik pembelajaran yang 

sesungguhnya  masih  banyak  para  guru  yang  melakukan  praktik-praktik  lama 

dengan  bingkai  kurikulum  baru.  Sebenarnya  mengapa  ini  terjadi?  Perubahan 

kurikulum hanya sebatas nama dan dokumen tetapi belum terjadi sampai kepada 

membumikan ide dari suatu perubahan kurikulum tersebut ke ruang-ruang kelas 

dan ke lingkungan sekolah. Menurut Hamid (1998) kegagalan tersebut disebabkan 

kekeliruan dalam menghayati peran dan fungsi dari sebuah kurikulum. Kita hanya 

terjebak pada pengertian kurikulum sebagai dokumen dan seperangkat rencana saja. 

Sebagai  salah  satu  komponen  penting  dalam  sistem  pendidikan,  paling  tidak 

kurikulum  memiliki  tiga  peran  (Wina  Sanjaya;2008)  yaitu  peran  konservatif, 

peran kreatif dan peran kritis evaluatif.  Mari kita cermati uraian terkait masingmasing peran tersebut :

1)  Peran Konservatif

Peran konservatif menekankan bahwa kurikulum dijadikan sebagai sarana 

untuk  mentransmisikan  nilai-nilai  budaya  masa  alalu  yang  dianggap  masih 

sesuai dengan masa kini. Dengan demikian peran ini  menempatkan kurikulum 

yang  berorientasi  ke  masa  lampau.  Peran  ini  sifatnya  sangat  mendasar  yang 

dalam  praktiknya  disesuaikan  dengan  kenyataan  bahwa  pendidikan  pada 

hakikatnya  merupakan  proses  social  dimana  salah  satu  tugasnya  adalah 

mempengaruhi dan membina perilaku manusia sesuai dengan nilai-nilai sosial 

yang hidup di lingkungan masyarakatnya.

2)  Peran Kreatif

Melesatnya  perkembangan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  serta 

perubahan pada setiap aspek-aspeknya tidak dapat lagi terbendung sebagai suatu 

keniscayaan.  Peran   kreatif  menekankan  bahwa  kurikulum  harus  mampu 

mengembangkan  sesuatu  kebaruan  yang  sesuai  dengan  perubahan  tersebut. 

Sehingga kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu  yang baru sesuai 

dengan  perkembangan  yang  terjadi  dan  kebutuhan  masyarakat  pada  masa 

sekarang  dan  masa  yang  akan  datang.  Kurikulum  harus  mengandung  hal-hal 

yang  dapat  membantu  peserta  didik  mengembangkan  potensi   yang  terdapat 

150

dalam dirinya untuk memperoleh pengetahuan atau kemampuan baru serta cara 

berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya di masa mendatang.

3)  Peran Kritis dan evaluatif

Berangkat dari suatu realita bahwa nilai-nilai kehidupan dan budaya dalam 

masyarakat  senantiasa  berkembang  atau  mengalami  perubahan  maka  peran 

kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya  melainkan juga berperan 

untuk  menilai  dan  memilih  nilai  budaya  serta  pengetahuan  baru  yang  akan 

diwariskan. Dalam hal ini fungsi kurikulum sebagai kontrol atau filter sosial. 

Nilai-nilai  sosial  yang  sudah  tidak  sesuai  lagi  dengan  keadaan  atau  realitas 

keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan dilakukan suatu modifikasi atau 

penyempurnaan-penyempurnaan.

Dalam proses pengembangan kurikulum ketiga peran di atas harus berjalan 

secara  seimbang.  Kurikulum  yang  terlalu  menonjolkan  peran  konservatifnya 

cenderung  akan  membuat  pendidikan  ketinggalan  oleh  kemajuan  zaman, 

sebaliknya kurikulum yang terlalu menonjolkan peran kreatifnya dapat membuat 

hilangnya nilai-nilai budaya masyarakat. Menyelaraskan ketiga peranan tersebut 

menjadi tanggung jawab semua pihak dalam proses pendidikan termasuk guru 

sebagai ujung tombak pelaksana kurikulum.

Sesuai dengan peran yang harus “dimainkan” kurikulum sebagai alat dan 

pedoman  pendidikan,  maka  isi  kurikulum  harus  sejalan  dengan  tujuan 

pendidikan itu sendiri. Mengapa demikian? Sebab, tujuan  yang harus dicapai 

oleh  pendidikan  pada  dasarnya  mengkristal  dalam  pelaksanaan  perannya  itu 

sendiri. Dilihat dari cakupan dan tujuannya menurut Mcneil (2006) isi kurikulum 

memiliki empat fungsi, yaitu 1) fungsi pendidikan umum (common and general 

education), 2) suplementasi (suplementation), 3) eksplorasi dan 4) keahlian.

1) Fungsi pendidikan umum

Fungsi  kurikulum  untuk  mempersiapkan  peserta  didik  agar  menjadi 

anggota masyarakat baik sebagai warga negara dan warga dunia  yang 

baik dan bertanggung jawab. Kurikulum harus memberikan pengalaman 

belajar  kepada  setiap  peserta  didik  agar  mampu  menginternalisasikan 

nilai-nilai  dalam  kehidupannya,  memahami  setiap  hak  dan  kewajiban 

151

sebagai  anggota  masyarakat  dan  makhluk  social.  Dengan  demikian 

fungsi kurikulum ini harus diikuti oleh setiap peserta didik pada jenjang 

atau level atau jenis pendidikan apapun.

2) Suplementasi

Kurikulum  sebagai  alat  pendidikan  seharusnya  dapat  memberikan 

pelayanan  kepada  setiap  peserta  didik  sesuai  dengan  perbedaan  yang 

dimilikinya. Dengan demikian setiap peserta didik memiliki kesempatan 

untuk  menambah  kemampuan  dan  wawasan  yang  lebih  baik  sesuai 

dengan minat dan bakatnya. 

3) Eksplorasi

Fungsi  eksplorasi  memiliki  makna  bahwa  kurikulum  harus  dapat 

menemukan dan mengembangkan minat dan bakat peserta didik. Melalui 

fungsi ini peserta didik diharapkan dapat belajar sesuai dengan minat dan 

bakat  yang  dimilikinya,  sehingga  memungkinkan  untuk  belajar  tanpa 

adanya  paksaan.  Oleh  sebab  itu  para  guru  sebagai  pengembang 

kurikulum di kelas harus dapat menggali bakat dan minat peserta didik 

yang dihadapinya.

4) Keahlian

Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan peserta didik 

sesuai dengan keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat peserta 

didik. Dengan demikian kurikulum harus memberikan pilihan berbagai 

bidang keahlian. Bidang-bidang tersebut diberikan sebagai pilihan yang 

pada akhirnya setiap peserta didik memiliki keterampilansesuai dengan 

spesialisasinya. 

Memperhatikan fungsi kurikulum di atas, maka jelaslah bahwa kurikulum 

berfungsi  untuk  setiap  orang  atau  lembaga  yang  berhubungan  baik  langsung 

maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan pendidikan. Nah, sekarang coba 

Anda pikirkan kira-kira apa saja fungsi kurikulum bagi Anda seorang guru dan 

peserta didik yang Anda hadapi.

Saudara  mahasiswa,  bagi  guru  kurikulum  berfungsi  sebagai  pedoman 

dalam  pelaksanaan  proses  pembelajaran.  Proses  pembelajaran  yang  tidak 

152

berpedoman  kepada  kurikulum  tidak  akan  berjalan  dengan  efektif.  Mengapa 

demikian? Ya, tepat sekali karena pembelajaran adalah proses  yang bertujuan, 

sehingga segala sesuatu dilakukan oleh guru dan peserta didik diarahkan untuk 

mencapai tujuan pembelajaran.

Bagi  peserta  didik,  fungsi  kurikulum  adalah  sebagai  pedoman  belajar. 

Melalui kurikulum peserta didik akan memahami apa yang harus dicapai, isi atau 

bahan  pelajaran  apa  yang  harus  dipelajari,  dan  pengalaman  belajar  apa  yang 

harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Berkaitan dengan fungsi tersebut ada 

enam  fungsi  kurikulum  bagi  peserta  didik  (Sanjaya;2008)  yaitu  fungsi 

penyesuaian,  fungsi  integrase,  fungsi  diferensiasi,  fungsi  persiapan,  fungsi 

pemilihan dan fungsi diagnostic. Nah, sekarang coba Anda diskusikan  dengan 

teman-teman Anda, apakah yang dimaksud dari masing-masing fungsi tersebut?

Saudara mahasiswa, setelah memahami tentang Peran dan Fungsi kurikulum, 

selanjutnya  mari  kita  mengkaji  tentang  komponen  kurikulum.  Pasti  Anda  sudah 

mengetahui terkait dengan komponen-komponen kurikulum bukan? Karena materi 

ini tentunya sudah Anda dapatkan saat menempuh pendidikan sebelumnya. Kita 

akan  sekilas  mengulas  kembali  untuk  memantapkan  pengetahuan  Anda  tentang 

komponen-komponen  kurikulum.  Kurikulum  pada  dasarnya  merupakan  suatu 

sistem. Artinya,kurikulum merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari komponenkomponen  yang  saling  berkaitan  antara  satu  dengan  yang  lain.  Karena  antar 

komponen saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam rangka pencapaian 

tujuan. Komponen-komponen kurikulum diistilahkan sebagai anatomi kurikulum 

yang  terdiri  dari  komponen  tujuan,  isi,  aktivitas  belajar  dan  evaluasi  yang 

digambarkan  sebagai  suatu  keterpaduan  (Zais:1976).  Komponen-komponen 

tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : 

153

Gambar 1. Anatomi Kurikulum

Gambar  tersebut  menunjukkan  bagaimana  setiap  komponen  saling 

berkaitan dan memiliki keterpaduan antara satu dengan yang lain. Bagaimana 

tujuan akan memberikan arahan pada materi, aktivitas belajar dan juga  evaluasi 

dan begitu juga sebaliknya. Masing-masing komponen akan dijabarkan sebagai 

berikut :

1.  Tujuan

Tujuan  dalam  kurikulum  menggambarkan  kualitas  manusia  yang 

diharapkan  dapat  terwujud  dari  suatu  proses  pendidikan.  Tujuan 

memberikan petunjuk mengenai arah  perubahan yang dicita-citakan dari 

suatu  kurikulum.  Tujuan  kurikulum  yang  jelas  akan  memberikan 

petunjuk yang jelas pula terhadap komponen yang lainnya baik itu isi 

atau  content,  aktivitas  belajar  dan  evaluasi.  Tujuan  juga  dianggap 

sebagai  dasar,  arah  dan  patokan  dalam  menentukan  komponenkomponen kurikulum yang lainnya. Oleh karena itu tujuan kurikulum 

154

tidak terlepas dari tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta didasari oleh 

falsafah dan ideology negara. Di Indonesia, sejak pasca kemerdekaan, 

tujuan  umum  pendidikan  atau  tujuan  pendidikan  nasional  ditetapkan 

dalam  keputusan  Majelis  Permusyawaratan  Rakyat  (MPR).  Tujuan 

tersebut  tertuang  dalam  undang-undang  yang  akan  dicapai  melalui 

tujuan-tujuan  yang  ada  di  bawahnya  yang  berfungsi  sebagai  tujuan 

perantara  (intermediate  goals).  Tujuan-tujuan  tersebut  membentuk

hierarki  yang  saling  berkaitan  dan  mempengaruhi  satu  sama  lain.

Hierarki tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Hierarki Tujuan

2.  Isi atau content

Merupakan pengetahuan ilmiah yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, 

nilai dan keterampilan yang perlu diberikan kepada siswa. Pengetahuan 

tersebut dijadikan sebagai isi dari kurikulum  yang di dalamnya perlu 

dilakukan  pemilihan-pemilihan  berdasarkan  kriteria-kriteria  tertentu. 

155

Tentunya Anda sudah tahu bukan? Misalnya saja menurut Zais (1976) 

menentukan empat kriteria dalam melakukan pemilihan isi atau content 

kurikulum yaitu; kriteria signifikansi, kriteria kegunaan, kriteria minat 

dan kriteria pengembangan manusia. Atau menurut Sukmadinata (2004) 

mengungkapkan beberapa cara dalam menyusun sekuen isi kurikulum, 

yaitu  :  kronologis,  kausal,  structural,  logis  dan  psikologis,  spiral, 

rangkaian kebelakang atau berdasarkan hierarki belajar. Penetapan isi 

atau content mana yang akan dipilih nampaknya akan sangat bergntung 

pada sifat-sifat materi dan tujuan dari suatu kurikulum.

3.  Aktivitas belajar

Komponen  ini  dimaksudkan  sebagai  strategi  pembelajaran  yang 

berkaitan dengan cara atau sistem penyampaian dari isi kurikulum agar 

mencapai tujuan kurikulum. Strategi yang digunakan atau dipilih dalam 

implementasi kurikulum mempertimbangkan komponen tujuan, isi atau 

content,  dan  kesesuaian  dengan  tingkat  perkembangan  peserta  didik 

yang telah dijabarkan dalam kegiatan belajar 2. 

4.  Evaluasi

Komponen  evaluasi  ditujukan  untuk  menilai  pencapaian  tujuan 

kurikulum  dan  menilai  proses  implementasi  suatu  kurikulum  secara 

keseluruhan. Hasil dari evaluasi kurikulum dapat dijadikan umpan balik 

untuk  mengadakan  perbaikan  dan  penyempurnaan  kurikulum.  Selain 

itu, hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai masukan dalam menentukan 

kebijakan-kebijakan  pengambilan  keputusan  tentang  kurikulum  dan 

pendidikan. 

Secara lebih rinci dan operasional bagaimana menjabarkan masing-masing 

komponen  kurikulum  nantinya  akan  Anda  pelajari  pada  Modul  4  terkait 

Perancangan Pembelajaran. Dimana Anda akan belajar bagaimana menjabarkan 

masing-masing  komponen  dalam  kurikulum  dalam  suatu  dokumen  tertulis 

rencana pembelajaran. 

156

d.  Hakikat Pengembangan Kurikulum

Saudara  mahasiswa,  setelah  tadi  mempelajari  bagaimana  komponen 

kurikulum fungsi dan tujuan kurikulum, serta sejarah perkembangan kurikulum 

di  Indonesia,  sekarang  kita  akan  mempelajari  mengenai  bagaimana  hakikat

pengembangan kurikulum.

Berdasarkan  konsep  yang  ada  di  atas,  pengembangan  kurikulum  pada 

hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran 

yang  harus  dipelajari  serta  bagaimana  harus  mempelajarinya.  Namun,  dalam 

rangka proses pengembangan kurikulum ini harus berangkat dari visi, misi, serta 

tujuan  yang  ingin  dicapai  oleh  masyarakat.  Persoalan  inilah  apa  yang  yang 

kemudian membawa kita pada persoalan yang mendasar yang akan kita bahas 

dalam  pengembangan  kurikulum.  Pada  kegiatan  belajar  ini  kita  akan 

mempelajari  hakekat  pengembangan  kurikulumakan  membawa  anda  pada 

pemahaman bagaimana seharusnya proses pengembangan kurikulum. 

Menurut David Pratt (1980) dalam Sanjaya, istilah  desain lebih mengena 

dibandingkan dnegan pengembangkan yang mengatur suatu tujuan atau usaha. 

Atas  dasar  itu,  maka  pengembangan  kurikulum  Atas  dasar  itu,  maka 

pengembangan kurikulum (curriculum development atau curriculu planning  ) 

adalah proses atau kegiatan yang disengaja dan dipikirkan untuk menghasilkan 

sebuah  kurikulum  sebagai  pedoman  dalam  proses  dan  penyelenggaraan 

pembelajaran oleh guru di sekolah. 

Seller  dan  Miller  (1985)  mengemukakan  bahwa  proses  pengembangan 

kurikulum  adalah  rangkaian  kegiatan  yang  dilakukan  secara  terus  menerus. 

Rangkaian kegiatan itu digambarkan Seller di bawah ini  

157

Gambar 3. Siklus Pengembangan Kurikulum

Seller  memandang  bahwa  pengembangan  kurikulum  harus  dimulai  dari 

menentukan  orientasi  kurikulum,  yakni  kebijakan-kebijakan  umum  seperti 

misalnya  arah  dan  tujuan  Pendidikan,  pandangan  tentang  hakekat  belajardan 

hakekat  anak  didik,  pandangan  tentang  keberhasilan  implementasi  kurikulum 

dan  lain  sebagainya.  Berdasarkan  orientasi  itu  selanjutnya  dikembangkan 

kurikulum  menjadi  pedoman  pembelajran,  diimplementasikan  dalam  proses 

pembelajaran  dan  dievaluasi.  Hasil  evaluasi  itulah  kemudian  dijadikan  bahan 

dalam menentukan orientasi, begitu seterusnya, hingga membentuk siklus. 

Orientasi  pengembangan  kurikulum  menurut  Seller  menyangkut  enam 

aspek yaitu :

1)  Tujuan Pendidikan menyangkut arah kegiatan Pendidikan. 

2)  Pandangan tentang anak : apakah anak dianggap sebagai organisme 

yang aktif atau pasif.

3)  Pandangan tentang lingkungan : apakah lingkungan belajar harus 

dikelola secara formal, atau secara bebas yang dapat memungkinkan 

anak bebas belajar

Orientasi

Implementasi

Pengembangan Evaluasi

158

4)  Konsepsi tentang peranan guru : apakah guru harus berperan sebagai 

instruktur yang bersifat otoriter, atau guru dianggap sebagai fasilitator 

yang siap memberi bimbingan dan bantuan pada anak untuk belajar. 

5)  Evaluasi belajar : apakah mengukur keberhasilan ditentukan dengan 

tes atau non tes. 

Saudara  mahasiswa,  selanjutnya  apa  sajakah  yang  harus  diperhatikan 

dalam  proses  pengembangan  kurikulum?  Mari  kita  lanjutkan  kajian  tentang 

pengembangan  kurikulum  Hal  yang  perlu  dipertimbangkan  dalam 

pengembangan kurikulum adalah isi atas muatan kurikulum itu sendiri. Ada dua 

hal yang harus dipertimbangan dalam menentukan isi pengembangan kurikulum, 

yaitu rentangan kegiatan, misi, dan visi sekolah. 

1)  Rentangan Kegiatan (Range of Activity)

2)  Pengembangan  isi  kurikulum  biasanya  diawali  dengan  rancangan 

kebijakan kurikulum, rancangan bidang studi, program pengajaran, unit 

pengajaran dan rencana pembelajaran. 

Guru  sebagai  pengembang  kurikulum  setidaknya  harus  memiliki 

kemampuan  untuk  memilih  bahan  ajar  yang  akan  di  laksanakan  di  dalam 

pembelajaran.  Bukan  hanya  itu,  guru  pun  melalui  proses  dalam  menjalankan 

sebuah kurikulum. Baik dari segi yang dirancanakan sesuai pedoman maupun 

yang tidak. Kurikulum bukan hanya sebatas pembelajaran formal, tetapi juga 

seluruh pembelajaran yang ada dalam.

Saudara  mahasiswa,  kajian  yang  penting  untuk  diketahui  oleh  seorang

pendidik  tentang  kurikulum  adalah  terkait  konsep  kurikulum  ideal  dan 

kurikulum aktual, serta kurikulum tersembunyi (hidden curriculum). Penjelasan 

dari konsep tersebut dapat Anda baca pada paparan berikut :

a.  Kurikulum ideal dan kurikulum aktual

Saudara  mahasiswa,  dalam  bahasan  sebelumnya,  kurikulum  bisa 

dijadikan sebagai sebuah pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. Bisa 

diartikan juga kurikulum sebagai acuan dan landasan dalam melaksanakan 

sebuah proses belajar mengajar. Sebagai sebuah pedoman, kurikulum ideal 

159

memegang  peran  yang  sangat  penting.  Melalui  kurikulum  ideal,  guru 

detidaknya adapat menentukan hal-hal berikut :

1)  Merumuskan tujuan dan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa

2)  Menentukan  isi  atau  materi  pelajaran  yang  harus  dikuasai  untuk 

mencapai tujuan atau penguatan kompetensi

3)  Menyusun strategi pembelajaran untuk guru dan siswa sebagai upaya 

pencapaian tujuan

4)  Menentukan keberhasilan pencapaaian tujuan atau kompetensi

Saudara  mahasiswa,  jika  ada  kurikulum  yang  menjadi  acuan  dan 

menjadi  standar  maka  kurikulum  yang  terlaksana  atau  dilaksanakan  di 

lapangan  berdasarkan  kurikulum  standar  itulah  yang  dinamakan  sebagai 

kurikulum actual. Atau dengan kata lain kurikulum ini merupakan hal yang 

terlaksana di lapangan. 

b.  Kurikulum tersembunyi 

Kurikulum pada hakektnya berisi ide atau gagasan. Ide atau gagasan itu 

selanjutnya dituangkan dalam bentuk dokumen atau tulisan secara sistematis 

dan  logis  yang  memperhatikan  unsur  scope  dan  sequence,  selanjutnya 

dokumen tertulis itulah yang dinamakan dengan  kurikulum yang terencana 

(curriculum  document  or  written  curriculum)  atau  kurikulum  ideal  yang 

berfungsi  sebagai  pedoman  dan  acuan  dalam  pelaksanaan  proses  belajar 

mengajar.  Apakah  dalam  proses  Pendidikan  hanya  tergantung  dan 

dipengaruhi oleh pedoman yang  tertulis saja? Tentu saja tidak, sebab dalam 

proses pengembangan kurikulum dapat dipengaruhi oleh berbagai factor baik 

yang dapat menghambat maupun mendukung proses pencapaian gagasan atau 

ide itu. Segala sesuatu yang tidak direncanakan atau tidak diprogramkan yang 

dapat mempengaruhi perubahan perilaku siswa itulah yang dinamakan .

Ada  dua  aspek  yang  dapat  mempengaruhi  perilaku  sebagai  hidden

kurikulum itu, yaitu aspek yang relative tetap dan aspek yang dapat berubah. 

Aspek  yang  relative  tetap  adalah  ideologi,  keyakinan,  nilai  budaya 

masyarakat yang mempengaruhi sekolah termasuk didalamnya menemukan 

budaya apa yang patut dan tidak patutu diwariskan kepada generasi bangsa. 

160

Aspek  yang  dapat  berubah  meliputi  variable  organisasi  sistem  social  dan 

kebudayaan. Variabel organisasi meliputi bagaimana guru mengelola kelas, 

bagaimana pelajaran diberikan, bagaimana kenaikan kelas dilakukan. Sistem 

social  meliputi  bagaimana  pola  hubungan  social  antara  guru,  guru  dengan 

peserta didik, guru dengan staf, sekolah dan lain sebagainya. 

Menurut Bellack dan Kiebard (Subandijah, 1993), hidden Curriculum

memiliki tingkat dimensi, yaitu :

  Hidden Curriculum  dapat menunjukkan suatu hubungan sekolah, yang 

meliputi interaksi guru,  peserta didik, struktur kelas, keseluruhan pola 

organisasional peserta didik sebagai mikrokosmos sistem nilai social. 

  Hidden  Curiculum  dapat  menjelaskan  sejumlah  proses  pelaksanaan  di 

dalam  atau  di  luar  sekolah  yang  meliputi  hal-hal  yang  memilikinilai 

tambah, sosialisasi pemeliharaan struktur kelas. 

  Hidden  Curriculum  mencakup  perbedaan  tingkat  kesengajaan  seperti 

halnya  yang  dihayati  oleh  para  peneliti,  tingkat  yang  berhubungan 

dengan  hasil  yang  bersifat  insidental.  Bahkan  hal  itu  kadang-kadang 

tidak diharapkan dari penyususnan kurikulum dalam kaitannya dengan 

fungsi social Pendidikan.

Berdasarkan penjelasan di atas, kurikulum disusun sebagai tujuan yang tidak 

tertulis  namun  perlu  dipertimbangkan  setiap  pencapaiannya  dan  ada  unsur  tidak 

direncanakan  sebuah  kurikulum.  Contohnya,  apabila  seorang  guru  sedang 

mengajar,  kemudian  hinggaplah  kupu-kupu  di  sekolah,  maka  hal  tersebut  sudah 

bagian dari kurikulum. Namun, peristiwa semacam tadi kembali lagi kepada guru 

yang  bisa  memanfaatkan  hal-hal  sekitar  untuk  disambungkan  ke  dalam 

pembelajaran. 

Saudara  mahasiswa,  dalam  sebuah  pengembangan  kurikulum  guru 

memerlukan  beberapa  prinsip  untuk  mengembangkan  kurikulum.  Diantara 

beberapa  prinsipnya  adalah  prinsip  relevansi,  prinsip  fleksibilitas,  prinsip 

efektivitas, prinsip efisiensi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut 

161

  Prinsip Relevansi

Saudara mahasiswa, kurikulum merupakan otaknya pendidikan untuk 

mengarahkan siswa agar dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal 

sesuai dengan kebutuhan zaman, kebutuhan social masyarakat, dan juga 

kebutuhan lainnya. Dalam setiap pengembangan kurikulum dibutuhkan 

sebuah  prinsip  relevansi  agar  apa  yang  dipelajari  dapat  sesuai  dan 

sejalan dengan pengalaman belajar yang didapat. 

Ada  beberapa  jenis  relevansi  yaitu  relevansi  internal  dan  relevansi 

eksternal. Relevansi internal bisa diartikan sebagai setiap tujuan yang 

harus dicapai, isi, materi, atau pengalaman belajar yang harus dimiliki 

siswa, strategi, atau metoda yang digunakan serta alat penilaan untuk 

melihat  ketercapaian  tujuan.  Relevansi  internal  ini  menunjukkan 

keutuhan  suatu  kurikulum  yang  akan  diterapkan  dalam  kelas  dan 

pembelajaran siswa. 

Sedangkan  relevansi  eksternal  berkaitan  dengan  keserasian  antara 

tujuan,  isi  dan  proses  belajar  siswa  yang  tercakup  dalam  kurikulum 

dengan  kebuthan  dan  tuntutan  masyarakat.  Adapun  yang  harus 

diperhatikan dalam prinsip relevansi eksternal adalah mengenai aspek 

relevan dengan lingkungan hidup peserta didik, perkembangan zaman, 

dan tuntutan dunia pekerjaan. Prinsip relevansi ini berguna agar peserta 

didik dapat menggunakan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. 

  Prinsip Fleksibilitas 

Saudara mahasiswa, terkadang apa yang diharapkan dalam kurikulum 

ideal kadang tidak sesuai dengan kondisi kenyataan yang ada. Bisa jadi, 

salahsatu faktornya adalah kemampuan guru yang kurang, kemampuan 

dasar siswa yang masih rendah, atau  mungkin sarana dan prasarana yang 

dimiliki  oleh  sekolah.  Kurikulum  yang  bersifat  fleksibel  artinya 

kurikulum  itu  harus  bisa  dilaksanakan  dalam  kondisi  yang  ada  dan 

memungkinkan untuk dilaksanakan. Apabila kurikulum tidak memiliki 

fleksibilitas yang memadai, maka kurikulum akan sulit diterapkan.   

162

Fleksibilitas kurikulum bisa dipandang dalam guru dan peserta didik. 

Kurikulum diharapkan bisa fleksibel bagi guru dan fleksibel bagi peserta 

didik. Untuk guru, fleksibilitas didapat dari kemudahan cara mengajar, 

sedangkan  untuk  peserta  didik,  diharapkan  kurikulum  dapat 

mengakomodasi minat dan bakat daripada peserta didik. 

  Prinsip Kontinuitas

Saudara mahasiswa, kurikulum ini harus memiliki efek kesinambungan 

antara  jenjang  satu  kepada  jenjang  lainnya.  Prinsip  kontinuitas  ini 

diperlukan  adanya  kerjasama  antara  pengembang  kurikulum  antar 

jenjang sehingga terjaga tujuan dan pelaksanaannya. Selain itu, materi 

yang ada di dalam kurikulum diharapkan bisa memiliki ketersambungan 

dengan mata pelajaran lain. 

  Prinsip Efektivitas

Prinsip  efektivitas  berkenaan  dengan  rencana  dalam  suatu  kurikulum 

dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. 

Ada dua hal yang berkaitan dengan efektifitas ini adalah efektivitas yang 

berhubungan dengan kegiatan guru, dimana guru dapat menyelesaikan 

berbagai  macam  rencananya.  Adapun  siswa  dapat  melaksanakan 

berbagai kegiatan sesuai dengan minat dan bakat siswa. 

  Prinsip Efisiensi 

Efisiensi  berhubungan  dengan  perbandingan  antara  tenaga,  waktu, 

suara,  dan  biaya  yang  dikeluarkan  dengan  hasil  yang  diperoleh. 

Kurikulum  dikatakan  memiliki  tingkat  efisiensi  yang  tinggi  apabila 

dengan  arana.  Biaya  yang  minimal  dan  waktu  yang  terbatas  dapat 

memperoleh hasil yang maksimal. Berapapun bagusbagus dan idealnya 

suatu kurikulum, manakah menurut peralatan, sarana dan sarana yang 

sangat  khusus  serta  mahal  pula  harganya,  maka  kurikulum  itu  tidak 

praktis dan sukar untuk dilaksanakan. Kurikulum harus dapat dirancang 

untuk dapat digunakan dalam segala keterbatasan. 

163

e.  Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum

Saudara Mahasiswa, sekarang kita sudah masuk kajian tentang Faktor-faktor 

apa saja yang nantinya akan berpengaruh terhadap implementasi kurikulum. Kajian 

penting  karena  akan  memberikan  panduan  bagi  guru  bagaimana 

mengimplementasikan suatu kurikulum secara benar. Sebelum mengetahui tentang 

factor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam implementasi kurikulum, mari kita 

ingat  kembali  tentang  apa  itu  implementasi  kurikulum.  Implementasi  kurikulum 

menurut kamus Oxford for learner, berarti  put something into effect / penerapan ide 

yang memberikan efek. Menurut Beauchamp (1975), implementasi kurikulum di 

dalamnya  merupakan  sebuah  jembatan  antara  ide  dan  aplikasi.  Hal  ini  berarti 

memiliki  dua  makna  yaitu  implementasi  sebagai  instrumen  ataupun  sebagai 

proses. Jembatan  antara  ide  dan  aplikasi  adalah  sebuah  langkah  praktis  dari 

perwujudan dari silabus, rencana pengajaran, ke  dalam kegiatan di dalam kelas. 

Proses  implementasi  ini  mempengaruhi  berbagai  macam  pengetahuan  dan 

pengalaman ke dalam kelas. 

Adapun,  dalam  proses  pelaksanaan  sebuah  implementasi,  Oemar  Hamalik 

(2010)  memberikan  batasan  pokok  kegiatan  dalam  implementasi  diantaranya 

adalah :

1.  Pengembangan  program  yang  mencakup  program  tahunan,  semester, 

triwulan, bulanan, dan harian serta konseling atau remedial

2.  Pelaksanaan  pembelajaran  yakni  proses  interaksi  antar  peserta  didik 

dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan yang lebih baik

3.  Evaluasi  proses  yang  dilaksanakan  sepanjang  proses  pelaksanaan 

kurikulum  mencakup  penilaian  keseluruhan  secara  utuh  untuk 

keperluan evaluasi pelaksanaan kurikulum

Dari  paparan  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  implementasi  kurikulum 

merupakan  kegiatan  praktis  pembelajaran  yang  dilaksanakan  atas  dasar  kajian 

silabus dan juga kajian peserta didik. Maka dari itu,ada proses-proses yang harus 

dilaksanakan dan ada hal-hal yang bisa mempengaruhinya. 

Menurut  Chaudry  (2015)  faktor  yang  mempengaruhi  implementasi 

kurikulum  adalah  faktor  guru,  peserta  didik,  sarana  dan  fasilitas,  lingkungan 

164

sekolah, peminatan  grup, budaya dan ideologi, supervisi pembelajaran, dan proses 

asesmen sebelum pelaksanaan sebuah implementasi kurikulum. Untuk lebih jelas, 

mari kita bahas satu persatu.

Gambar 4. Faktor yang mempengaruhi implementasi Kurikulum

  Faktor Guru 

Saudara  Mahasiswa,  faktor  guru  merupakan  faktor  penting  dalam 

implementasi kurikulum. Guru merupakan orang yang secara langsung 

bersentuhan dengan murid dan melakukan proses pembelajaran dengan 

peserta  didik.  Adapun  Altichter  (dalam  Katuuk)  menyatakan  bahwa 

kompetensi  yang  penting  yang  harus  ada  dalam  jiwa  guru  adalah 

kompetensi  sebagai  guru  dan  juga  perilaku,  partisipasi  dalam 

pengambilan keputusan dan kualitas hubungan rekan sejawat. Meskipun 

guru  merupakan  orang  yang  berperan  penting  dalam  implementasi 

kurikulum, namun guru juga baiknya memiliki pengetahuan mengenai 

proses  perencanaan  kurikulum  sehingga  guru  dapat  menerjemahkan 

kurikulum ke dalam realitas di lapangan. Hal ini juga senada dengan apa 

yang  dinyatakan  oleh  Oemar  Hamalik  yaitu  tentang  pentingnya 

pengetahuan  guru  mengenai  kurikulum.  Guru  memandang  kurikulum 

bukan  hanya  sebagai  seperangkat  mata  pelajaran,  tetapi  juga  sebagai 

165

seperangkat  pembelajaran  yang  harus  dikembangkan  dan  disesuaikan 

dengan peserta didik. 

  Faktor Peserta didik

Peserta didik memiliki peranan penting dalam implementasi kurikulum. 

Selain merupakan hasil atau subjek daripada pendidikan, peserta didik 

memiliki  lingkungan  yang  berbeda.  Kualitas  peserta  didik,  kemudian 

latar  belakang  ekonomi,  keluarga,  dan  juga  kecenderungan  peserta

didik.  Lalu,  ada  satu  hal  yang  bisa  dilakukan  peserta  didik  adalah 

melakukan  serangkaian  seleksi  terhadap  pengalaman  belajar  yang 

dibutuhkan oleh peserta didik dalam implementasi kurikulum. Peserta 

didik  bisa  memilih  sendiri  pengalaman  belajar  yang  diinginkan  dan 

diterima,  tidak  selalu  sesuai  dengan  apa  yang  diharapkan  oleh 

kurikulum secara resmi.

  Faktor Sarana dan Fasilitas

Keberadaan  sarana  dan  fasilitas  menjadi  salahsatu  faktor  penunjang. 

Coba Anda perhatikan, bagaimana jadinya pembelajaran bisa menjadi

lebih bermakna dan memiliki tingkat kesadaran tinggi apabila tidak ada 

media pembelajaran, buku teks, dan alat-alat lainnya.   Selain sekolah 

yang  harus  menyediakan,  lingkungan  masyarakat  atau  pemerintah 

setempat bisa digunakan untuk menunjang sarana dan prasarana  yang 

dibutuhkan  untuk  berlajar  seperti  perpustakaan,  laboratorium, 

sportorium,  dan  berbagai  macam  lingkungan  yang  dapat  digunakan 

untuk  melaksanakan  implementasi  kurikulum.  Karena  keberadaan 

sarana  dan  fasilitas  memiliki  pengaruh  yang  baik  untuk  mengingat 

pengalaman belajar yang dilakukan oleh peserta didik.

  Faktor Lingkungan Sekolah

Saudara  mahasiswa,  lingkungan  sekolah  tentu  akan  mempengaruhi 

dalam  implementasi  kurikulum.  Anda  bisa  memperhatikan,  lokasi 

lingkungan sekolah, lingkungan sosial dan ekonomi, dan beberapa hal 

terkait manusia dan sumber daya, maka itulah lingkungan sekolah yang 

akan  mendukung  proses  pengimplementasian  kurikulum.  Coba  anda 

166

bandingkan  lingkungan  sekolah  yang  berada  di  perkotaan  dan  di 

pedesaan.  Pengimplementasian  kurikulum  akan  berbeda  cara  dengan 

lingkungan  yang  berbeda. Lingkungan  sekolah,  bukan  hanya  soalan 

mengenai kondisi fisik, namun juga kondisi mental dalam suatu sekolah. 

Lingkungan sekolah juga dipengaruhi oleh budaya ilmu yang terbentuk 

dari  kebiasaan  dari  para  guru  atau  budaya  ilmu  suatu  sekolah. 

Sebaiknya,  kepala  sekolah  dan  guru  membuat  sebuah  budaya  baru 

dalam lingkungan sekolah. 

  Faktor Budaya dan Ideologi

Saudara  Mahasiswa,  telah  kita  ketahui  bersama  bahwa  setiap  daerah 

memiliki  budaya  dan  ideologi  tertentu.  Sudah  seharusnya  kurikulum 

bisa  diimplementasikan  dengan  mengintegrasikan  antar 

kebudayaannya.  Implementasi  kurikulum  yang  baik  adalah  dimana 

kurikulum tidak mencabut akar budaya masyarakat sekitanya. Budaya 

masyarakat  merupakan  sebuah  tuntutan  dimana  peserta  didik  tinggal. 

Peribahasa yang menyatakan bahwa “dimana langit dipijak, disitu langit 

dijunjung”  merupakan  budaya-budaya  yang  didahulukan  dan 

disesuaikan  dengan  kurikulum  agar  bisa  menguatkan  budaya  di 

masyarakat. 

Saudara  mahasiswa,  selain  faktor-faktor  yang  telah  dijabarkan  di  atas  ada 

juga faktor lain  yang  mempengaruhi dalam implementasi kurikulum yaitu faktor 

perencanaan  yang  mencakup  mengenai  penilaian  awal  sebuah  perencanaan 

pembelajaran  dan  faktor  evaluasi  yang  harus  dilaksanakan  secara  terus  menerus 

untuk  mengetahui  sejauh  mana  efektvitas  implementasi  kurikulum  terutama  di 

ruang kelas. Kesemua faktor tersebut harus betul-betul dipahami bagi seorang guru 

sebelum mengimplementasikan sebuah kurikulum karena akan digunakan sebagai 

sebuah  pertimbangan  untuk  guru  dalam  merancang  dan  mengimplementasikan 

sebuah kurikulum di sekolah.  Untuk memperlajari lebih lanjut tentang faktor-faktor 

yang  mempengaruhi  implementasi  kurikulum  dapat  diakses  pada  link  berikut: 

http://bit.ly/2qySxz6 

167

f.  Strategi penerapan kurikulum dan tantangannya di masa depan

Saudara  Mahasiswa,  sekarang  kita  akan  mengkaji  terkait  dengan  strategi 

dalam  penerapan  kurikulum  dan  tantangannya  di  masa  depan.  Sebelum  kita 

mengkaji  lebih  jauh  terkait  materi  ini,  Anda  perlu  merenungkan  kalimat  bijak 

berikut agar membuka pikiran Anda dalam menghayati sebuah perubahan tentunya 

dalam  hal  perubahan  kurikulum.  Perubahan  itu  sebuah  keniscayaan.  Tidak  ada 

yang tidak akan berubah kecuali perubahan itu sendiri. – Heraclitus

Saudara mahasiswa, keberadaan masa depan merupakan keniscayaan  yang 

tidak bisa ditolak. Apa yang kita ajarkan hari ini, tentunya akan dipakai oleh peserta 

didik di masa depan. Sudah sewajarnya  guru menjadi  seorang  futuris  yang juga 

selalu berhipotesis dengan masa depan. Lalu bagaimana strategi dalam penerapan 

kurikulum  yang  harus  Anda  pahami  sebagai  seorang  guru  profesional?  Strategi 

dalam  penerapan  kurikulum  dipengaruhi  oleh  kesiapan  mental  guru  dalam 

menyikapi  perubahan  yang  akan  terjadi  di  masa  depan,  sehingga  kita  perlu 

mengkaji tantangan-tantangan apa saja di masa depan yang dapat dijadikan acuan 

dalam menentukan strategi dalam penerapan kurikulum. 

a.  Kesiapan guru menerima perubahan

Saudara mahasiswa, diantara banyaknya perubahan yang terjadi dengan 

cepat, terkadang kita sulit untuk berubah dan mau berubah. Contohnya sulit 

berubah  dan  cara  mengajar  yang  begitu-begitu  saja  tanpa  menyesuaikan 

dengan  perkembangan  zaman.  Lalu  pertanyaannya  adalah  “mengapa  guru 

sering  dianggap  mengalami  sebuah  resistensi  terhadap  perubahan?”  Salah 

satu jawabannya, ada dalam sebuah riset yang diterbitkan pada tahun 2006 

oleh  Zimmerman.  Zimmerman  mengatakan  bahwa  resistensi  yang  dialami 

oleh guru dikarenakan model mental yang sudah tertanam dalam jiwa guru 

dan penolakan terhadap  perubahan.   Pertama, model mental yang dimaksud 

adalah sebuah peta individu atau organisasi untuk membantu mereka tidak 

hanya membuat sebuah pemaknaan dalam memahami konteks keadaan dunia 

yang  sebenarnya.  Model  mental  ini  tidak  hanya  dibentuk  oleh  individu, 

namun  juga  dibentuk  oleh  sistem.  Kedua,  hal  itu  merupakan  penolakan 

168

terhadap  perubahan  itu  sendiri,  karena  proses  penolakan  ini  merupakan 

sebuah rasa kehilangan.

Akibat  dari  resistensi  terhadap  perubahan  yang  cenderung  sudah 

mengakar kuat dalam diri guru, membuat guru memasuki sebuah zona yang 

disebut zona nyaman dan cenderung sulit untuk meninggalkan. Dalam zona 

ini,  guru  akan  cenderung  enggan  melakukan  sebuah  perubahan  karena 

perubahan  selalu  memerlukan  sebuah  proses  berpikir  dan  memerlukan 

sebuah  usaha-usaha  baru  yang  dianggap  merusak  sebuah  tatanan 

kenyamanan. Maka, untuk mengantisipasi tidak terjadinya perubahan  yang 

diharapkan, diperlukan kondisi perubahan mental yang kuat dan perubahan 

model mental .

b.  Keterbukaan pola berpikir

Saudara  mahasiswa,  perubahan  yang  mendasar  terdapat  pada 

perubahan pola pikir untuk menerima perubahan dan kurikulum. Pola pikir 

mempengaruhi  berbagai  macam  perilaku  yang  dihasilkan  oleh  manusia. 

Sebuah  pola  pikir  tetap  (Fixed  Mindset)  menganggap  bahwa  karakter, 

kecerdasan, dan kreativitas merupakan sebuah bawaan, namun ada pola pikir 

lain yang menyatakan bahwa setiap kegagalan merupakan sebuah tantangan 

yang akan berfungsi untuk bertumbuh (Growth Mindset). Berikut merupakan 

perbedaannya( Dweck, 2006).

169

Tabel 3. Perbedaan Fixed Mindset dan Growth Mindset

Konsekuensinya,   manusia  dengan  pola  pikir  tetap  akan  sulit  untuk 

mencapai  keinginan  karena  sudah  menetap  dan  lambat.  Sedangkan  orang 

yang memiliki pola pikir bertumbuh, akan selalu bisa bertahan dalam kondisi 

apapun  karena  selalu  bertumbuh  dan  bisa  menyesuaikan  dengan  berbagai 

macam cara. Padahal, sebenarnya manusia bisa bertahan dengan usaha yang 

kuat, tahan terhadap kritik dan pujian, serta siap menghadapi tantangan. Pola 

pikir  ini  perlu  dibawa  dalam  ruang  kelas  dan  pembelajaran.  Setiap  waktu, 

guru  selalu  menghadapi  berbagai  perubahan  kecil  di  dalam  ruang  kelas. 

Hanya saja, ini dikembalikan kepada guru apakah hendak menggunakan fixed 

mindset  atau  growth  mindset? Mari  direnungkan  pilihan  apa  yang  harus 

dipilih bagi seorang guru profesional?

Saudara mahasiswa, salah satu sifat kurikulum adalah harus menyesuaikan 

dengan  masa  depan.  Berbeda  dengan  pola  bermain  judi,  hanya  saja  sebagai 

Aspek  Fixed Mindset  Growth Mindset

Tantangan  Menghindari tantangan  Menyukai tantangan

Rintangan  Mudah Menyerah  Bertahan dalam 

menghadapi rintangan

Usaha  Melihat Usaha sebagai 

kesia-siaan

Melihat usaha sebagai jalan 

menuju menjadi hebat

Kritik  Mengabaikan kritik yang 

membangun

Belajar dari kritik

Kesuksesan Orang 

lain

Merasa terancam oleh 

kesusksesan orang lain

Mengambil pelajaran dan 

inspirasi dari kesuksesan 

oranglain

Hasil  Tidak berkembang dan 

meraih jauh di bawah dari 

yang seharusnya bisa diraih

Mencapai potensi maksimal 

dari mereka 

170

pendidik,  kita  harus  mempersiapkan  generasi  yang  sebaik-baiknya  tanpa  kita 

ketahui masa depan seperti apa yang akan terjadi di masa mendatang. Beberapa ahli 

telah banyak menggambarkan dunia masa depan dan prediksinya, mulai dari dunia 

yang  mengalami  sebuah  percepatan,  lebih  fleksibel,  banjir  pengetahuan,  hingga 

ancaman robot akan menggantikan fungsi manusia, dan itu  perlahan sudah mulai 

dirasakan.  Zaman  yang  berubah  semakin  cepat,  kita  juga  menghadapi  sebuah 

tantangan  untuk  redefinisi  landasan  pendidikan  sebagaimana  yang  disampaikan 

pada  kegiatan  belajar  1  yang  akan  berdampak  kepada  perubahan  syarat 

keterampilan untuk memecahkan masalah, berinovasi dan untuk menggapai sukses. 

Lain  halnya  apabila  kita  mulai  belajar  untuk  menemukan  pola  prediksi  di 

masa depan. Salahsatunya adalah dengan adanya sebuah percepatan pengetahuan. 

Pengetahuan menjadi cepat untuk berkembang dan juga cepat menjadi using, tempo 

perubahan  social  tidak  diimbangi  dalam  dunia  Pendidikan  yang  pada  akhirnya 

pelajar dan mahasiswa kini lebih banyak menggunakan internet (Piliang, 2004). Era 

ini  perlahan  sudah  mulai  kita  rasakan.  Menurut  Yasraf  Amir  Piliang,  prinsip 

fleksibilitas merupakan  sebuah kesadaran tinggi  akan pentingnya peran individu 

dan jaringan dalam membangun pengetahuan. Sikap fleksibilitas akan membangun 

sikap  proaktif  dalam  membangun  sebuah  makna  sendiri,  Mau  tidak  mau, 

pembelajaran  harus  mengalami  perubahan  dari  yang  konvensional  kepada 

pembaruan  model  pembelajaran  yang  disesuaikan  dengan  perkembangan 

pengetahuan.  Di  masa  depan  (dan  mungkin  juga  sudah  dimulai  dari  sekarang), 

peranan  guru  di  kelas  akan  menjadi  sesuatu  yang  harus  kembali  didefinisikan. 

Menurut anda, akankah guru tergantikan oleh peranan mesin pencari dan berbagai 

macam teknologi daring?

Tantangan  kurikulum  dalam  konteks  ke  Indonesiaan  di  masa  mendatang 

berdasar  pada  kondisi  Indonesia  dengan  banyak  pulau  yang  luas  dan  berbagai 

macam  budaya.  Kita  bisa  memandangnya  sebagai  anugrah  dan  juga  sebagai 

tantangan dalam pemerataan Pendidikan. Setiap daerah memiliki sebuah konteks 

yang harus dipertimbangkan. Inilah yang menjadi salahsatu factor pembeda khas 

antara  Indonesia  dengan  negara  lain  yang  dipandang  maju  dalam  Pendidikan. 

Adapun tantangan kurikulum yang harus dihadapi adalah : 

171

1)  Bonus demografi

Saudara mahasiswa, menurut prediksi Bappenas, pada tahun 2030-2040 

Indonesia akan mengalami sebuah bonus demografi. Bonus demografi adalah 

keadaan dimana sumber daya manusia dalam usia produktif (15-64 tahun) 

lebih banyak dari pada usia non produktif. Sedangkan di negara lain, sedang 

terjadi sebuah proses  aging people  (dimana jumlah penduduk non produktif 

memiliki jumlah lebih banyak). Hal ini perlu menjadi perlu menjadi perhatian 

praktisi  di  bidang  Pendidikan,  untuk  menekankan  dan  bekerjasama 

bagaimana  membangun  generasi  selanjutnya.  Dengan  adanya  bonus 

demografi,  diharapkan  masyarakat  Indonesia,  terutama  praktisi  bidang 

Pendidikan, bisa memanfaatkan momentum ini. Bonus demografi merupakan 

sesuatu yang harus dipersiapkan dari sekarang. Bonus demografi bisa menjadi 

anugerah  apabila  bisa  dikelola  secara  baik. Keadaan  bonus  demografi 

Indonesia  pun  tidak  luput  dari  masalah.  Diantara  permasalahan  bonus 

demografi adalah tingkat pemerataan pendidikan yang masih rendah. Masingmasing rerata wilayah terdapat di beberapa daerah sehingga perlu diadakan 

sebuah  kajian  khusus  per  Kawasan  daerah.  Permasalahan  ini  baiknya  bisa 

diselesaikan  dengan  kerjasama  berbagai  macam  pihak  seperti  psikolog, 

sekolah,  masyarakat,  pemerintah,  dan  lain  sebagainya.  Jika  masalah  ini 

dibiarkan saja berlarut-larut tanpa adanya sebuah sebuah solusi, maka bonus 

demografi bisa menjadi bencana tersendiri untuk Indonesia.      

2)  Teknologi di ruang kelas

Saudara  mahasiswa,  seperti  yang  dinyatakan  oleh  Friedman, 

perkembangan  teknologi  terlampau  cepat  namun  kemampuan  kita  untuk 

beradaptasi masih belum mencukupi. Perubahan teknologi yang begitu cepat 

selama tujuh tahun, baru bisa dikejar dalam lima belas tahun ketertinggalan. 

Dalam iklim teknologi yang serba cepat dan instan, orang-orang yang tidak 

mengikuti  perkembangan  zaman,  akan  mengalami  distorsi  akan  arah 

hidupnya. Bisa dilihat dalam grafik di bawah ini

172

Gambar 5. Rate of Change

Sumber gambar : https://images.app.goo.gl/U18a9modzb8QV8KPA

Untuk  mengatasi  kesenjangan  antara  adaptasi  manusia  dengan 

perkembangan teknologi adalah dengan adanya akselerasi proses belajar agar 

manusia  dapat  menyesuaikan  dengan  perkembangan  teknologi.  Salahsatu 

cara  dalam  mengakselerasi  proses  adaptasi  adalah  dengan  mengalukan 

integrasi teknologi di ruang kelas, tentu disesuaikan dengan kebutuhan anak 

untuk belajar bersama teknologi. Perubahan penggunaan teknologi di ruang 

kelas akan berpengaruh kepada fungsi guru di dalam kelas. Sehingga dalam 

mengimplementasikan teknologi di ruang kelas, guru harus menyadari dan 

memperhatikan aspek-aspek dalam pengolahannya tanpa merasa peran guru 

digantikan  oleh  peran  teknologi.  Dalam  proses  ini  ada  sebuah  integrase 

teknologi yang akan mensinergikan antara materi pembelajaran dan strategi 

pembelajaran (Pujiriyanto: 2012).

3)  Globalisasi dan perubahan kebijakan pendidikan

Saudara mahasiswa, sudah tidak asing dengan kata globalisasi bukan? 

Globalisasi bukan globalisasi ini bukan merupakan sebuah konsep yang satu 

tetap  memiliki  makna  yang  berbeda.  Namun,  globalisasi  adalah  salahsatu 

penggerak utama perubahan social, ekonomi, politik, dan, dan budaya dalam 

satu atau lain cara   (Piliang, 2018). Globalisasi merupakan sebuah Dengan 

173

konsep The World is Flat, kita tidak lagi hidup dalam sekat-sekat geografis, 

Di  masa  globalisasi,  Perataan  dunia  membuat  kita  mudah  untuk  berbagi 

pekerjaan,  berbagi  pengetahuan,  dan  juga  berbagi  hiburan.  Globalisasi  ini 

memberikan  sebuah  efek  ketenagakerjaan  yang  tidak  pasti  dari  soalan 

ketidakpastian. 

Dampak dari globalisasi yang menuntut perubahan, maka pemerintah 

seperti  “berusaha”  untuk  menyesuaikan  pendidikan  sehingga  akan  terjadi 

perubahan  kurikulum.  Namun,  meskipun  kurikulum  berganti-ganti  dan 

pemerintah mengganti kebijakan, faktor penentu ada pada guru itu sendiri. 

Indonesia  merupakan  negara  yang  besar  dan  cukup  kompleks,  dan 

membutuhkan  beberapa  perubahan  revolusioner  (Purwanto,  2008).  Arah 

pendidikan ini merupakan jawaban permasalahan atas permasalah pendidikan 

klasik di Indonesia yaitu pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia. 

4)  Pendidikan abad 21

Kajian terkait pendidikan abad 21 akan Anda temui secara lengkap pada 

kajian  modul  selanjutnya  yaitu  modul  2.  Pada  bagia  ini  sekilas  akan 

difokuskan  pada  bagaimana  pendidikan  abad  21  akan  mempengaruhi 

pengembangan kurikulum. Menurut UNESCO tujuan pendidikan di abad 21 

membutuhkan  berbasis  sintesis  yang  tinggi,  sebuah  keterpaduan  baru, 

kebutuhan individual adan tanggungjawab sosial. Berdasarkan hal tersebut 

menurut Jenifer Nichols ada beberapa prinsip yang harus diterapkan dalam 

kurikulum masa depan yaitu a) pembelajaran harus selalu menjadi berpusat 

pada  peserta  didik  yang  menjadi  pusat  belajar  dan  pusat  kegiatan  belajar 

sedangkan guru menjadi fasilitator, b) pendidikan harus selalu berkolaborasi 

dengan lembaga lain, untuk meningkatan berbagai mutu pendidikan selain itu 

menambah  keilmuan  bidang-bidang  tertentu  yang  tidak  didalami  dalam 

kurikulum. c) belajar harus memiliki konteks dimana dalam sebuah proses 

pembelajaran  harus  bisa  dikaitkan  dengan  berbagai  macam  kasus  dalam 

kehidupan sehari-hari sehingga belajar itu memiliki pijakan yang nyata untuk 

anak,  d)  sekolah  harus  berintegrasi  dengan  lingkungan  sosial  masyarakat. 

174

Jangan  sampai  sekolah  mencabut  akar-akar  kemasyarakatan,  tapi  sekolah 

juga menyambungkan antar elemen masyarakat dengan kegiatan-kegiatan.

Soal KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN ABAD 21

 1.  Pernyataan  berikut  yang  merupakan  fenomena  pembelajaran  abad  21  yang  menyebabkan era disrupsi pendidikan adalah….. 1.  Semakin...